Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dengan label lingkungan

Cermin di Balik Tumpukan

Ilustrasi seorang individu yang berdiri di antara dua gunungan sampah, memegang sebuah cermin bulat MENJUAL HARAPAN - "Mengapa kita membicarakannya?" tanya sang Penanya, menatap tumpukan di hadapannya. Tumpukan itu bukan lagi sampah fisik, melainkan metafora yang hidup, bernapas dalam ruang imajinasi mereka. "Bukankah dia hanyalah sisa-sisa yang tidak lagi dibutuhkan?" "Apakah begitu?" balas sang Penjelajah, mengamati dengan saksama. "Tidakkah dia pernah memiliki nilai? Pernahkah Anda berpikir tentang asal-usulnya, dari mana dia datang?" Sang Penanya terdiam sejenak. "Dia datang dari apa yang kita pakai, dari apa yang kita konsumsi. Dia adalah akhir dari sebuah siklus." "Tepat," ujar Penjelajah. "Namun, apakah akhir itu benar-benar akhir? Atau apakah dia adalah awal dari masalah baru, sebuah beban yang kita wariskan?" "Beban yang tidak terlihat," Penanya merenung, "seperti kenangan buruk yang kita sim...

Kepedulian Lingkungan, Dari Pagar Mewah Hingga Isu Global

  MENJUAL HARAPAN -  KEPEDULIAN lingkungan, memang telah menjadi isu yang sangat penting. Perubahan iklim hingga polusi udara, isu lingkungan telah menjadi perhatian global. Akan tetapi, kepedulian lingkungan tidak hanya tentang isu global, melainkan juga tentang realitas sosial yang kita hadapi sehari-hari. Kepedulian lingkungan dapat dimulai dari hal-hal kecil di sekitar kita. Seperti sampah-sampah yang tampak menjadi pemandangan di perumahan-perumahan bergelantungan di pagar tinggi, dan berserahakn di depan dan pinggir rumah. Salim (2018 mengatakan kepdulian lingkungan adalah tentang bagaimana kita memperlakukan lingkungan sekitar kita, mulai dari rumah kita sendiri hingga lingkunga global. Memang, kepedulian lingkungan tidak hanya tentang individu, melainkan juga tentang masyarakat, dan pemerintah. Pemerintah mempunyai peran penting dalam mengatur dan mengelola lingkungan hidup. Dalam beberapa tahun terakhir ini, isu lingkungan telah menjadi semakin penting dalam agenda gl...

RAMPOK

  MENJUAL-HARAPAN - RAMPOK.  Sebuah kata yang merentang lebih dari sekadar aksi fisik. Di negeri khatulistiwa ini, ia menjelma bayangan, menari di setiap lini kehidupan, dari bilik kekuasaan hingga relung paling sunyi. Ia adalah bisikan iblis dalam hati manusia, resonansi kehampaan moral yang menggema di setiap sendi bangsa. Mari kita bedah "RAMPOK" dalam mozaik dimensi Indonesia, menelusuri jejak-jejaknya yang samar namun menghancurkan. Arang di Wajah Demokrasi Di panggung politik, RAMPOK  adalah bisikan janji palsu yang menggaung di balik dinding-dinding parlemen. Ia bukan sekadar tangan-tangan tak kasat mata yang merogoh kas negara, melainkan virus korupsi  yang menyusup ke inti saraf pemerintahan, mengubah setiap idealisme menjadi racun, setiap amanah menjadi tumpukan arang. Demokrasi yang seharusnya menjadi taman keadilan, kini kering kerontang, ditinggalkan oleh embun nurani yang telah lama mengering. Ia adalah topeng-topeng gagah yang di baliknya menyembu...

Menyeimbangkan Ekosistem di Bumi Pertiwi

MENJUAL HARAPAN - Di tengah riuhnya peringatan Hari Hutan Sedunia (22 Juni), dan sorotan akan laju deforestasi yang mengkhawatirkan, kita patut merenungkan subuah pendekatan yang melampau sekedar konservasi hutanisasi. Bukan hanya tentang menanam kembali pohon, melainkan sebuah filosofi mendalam tentang pemulihan keseimbangan, menata ulang tatanan ekologis yang terenggut, dan merajut kembali simfoni alam yang terdistorsi.  Di Indonesia, sebuah negeri yang diberkahi dengan keanekaragaman hayati melimpah, konsep hutanisasi menjadi sebuah keniscayaan, bukan hanya impian utopis. Ini adalah perjalanan empirik yang menuntut kebijaksanaan, kesabaran, dan kearifan kolektif. Secara filosofis, hutanisasi merupakan tindakan rekonsiliasi manusia dengan alam. Kita telah terlalu lama memandang hutan sebagai sumber daya yang harus dieksploitasi, melupakan bahwa ia adalah entitas hidup yang memiliki hak untuk tumbuh dan berkembang. Pendekatan ini, mengajak kita untuk mengembalikan peran hutan seba...

Renungan Hari Hutan Sedunia: Kerakusan Kapitalisme, Nihil Etika Pembangunan

Ilustrasi kebakaran hutan (foto hasil tangkapan layar dari  kompas.com  ) MENJUAL HARAPAN - Pada setiap tanggal 22 Juni, dunia memperingati Hari Hutan Sedunia. Ini merupakan sebuah momen untuk berhenti sejenak, dan merenungkan keberadaan serta kondisi salah satu paru-paru terpenting di planet ini.  Ironisnya, di tengah perayaan ini, kita dihadapkan pada realitas yang getir, yaitu hutan-hutan kita terus terancam, ditebang demi perluasan lahan, dieksploitasi tanpa henti, dan dibiarkan terbakar hingga menyisakan abu.  Fenomena deforestasi, dan degradasi lahan bukan lagi sekadar isu lingkungan, melainkan cermin dari krisis eksistensial manusia itu sendiri. Kita seakan lupa bahwa keberlanjutan hidup kita sangat bergantung pada keseimbangan ekosistem, dimana hutan jaga, dan bukan dieksploitasi habis-habisan demi kepentingan pembangunan. Manusia, dengan segala klaim kemajuannya, seringkali abai terhadap akar primordialnya. Hutan, dalam narasi filosofis, merupakan simbol ke...

Leuit, Bukan Sekadar Lumbung Padi, Namun Lebih Dari Itu

Leuit (Foto hasil tangkapan layar dari http://www.channeljatim.com) MENJUAL HARAPAN - Leuit itulah nama untuk menyimpan hasil panen berupa padi di tradisi masyarakat sunda khususnya. Keberadaan leuit bagi masyarakat Sunda memiliki tradisi turun-temurun dalam mengelola hasil panennya.  Salah satu warisan budaya yang sarat makna bernama "leuit" ini selain tempat menyimpan padi, akan tetapi bukan hanya sekadar lumbung padi biasa, perannya mendalam dalam aspek budaya, sosial, ekonomi, bahkan politik. Catatan kecil ini, mencobanya mengulas dari berbagai aspek atau dimensi tadi. Perspektif Budaya Leuit, selain tempat menyimpan hasil panen berupa padi, juga simbol kearifan lokal masyarakat Sunda dalam menjaga ketahanan pangan dan kesinambungan hidup.  Ada filosofi di balik nama "leuit", yaitu "teu meunang miceunan" (tidak bolah membuang) adalah memiliki makna mendalam, yaitu mencerminkan budaya hemat dan penuh perhitungan dalam mengelola hasil panen.  Leuit juga ...

Kalau Bumi Bisa Ngomong...

  MENJUAL HARAPAN - Hari Bumi yang diperingati setiap 22 April, menjadi momentum refleksi tentang bagaimana manusia memperlakukan lingkungan. Sayangnya, kesadaran itu seringkali hanya sebatas simbolik-berakhir pada unggahan di media sosial tanpa perubahan nyata dalam perilaku.   Gaya hidup kita, mulai dari konsumsi plastik sekali pakai, boros listrik, sampai abai terhadap sampah, mencerminkan satu hal: kita ini numpang hidup, tapi tingkahnya kayak bos kos- kosan yang gak tahu diri.   Bumi , memang gak bisa protes langsung. Tapi dia kasih sinyal. Udara makin panas, musim makin gak menentu, banjir makin sering mampir. Semua ini bukan semata-mata “bencana alam”, tapi juga akumulasi dari pilihan kita sendiri.   Data dari World Bank menyebutkan, Indonesia menyumbang sekitar 3,2 juta ton sampah plastik ke laut setiap tahun. Belum termasuk emisi kendaraan, pembakaran hutan, dan limbah rumah tangga yang terus meningkat.   Ironisnya, saat dampaknya balik ke kita - ...