Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dengan label Sunda

“Mun Kiruh Ti Girang Komo Ka Hilirna”, Refleksi Dalam Pergulatan Kehidupan

MENJUAL HARAPAN – Suatu tatanan kehidupan berbagai aspek atau dimensi, sangat penting. Tatanan yang baik memberikan kontribusi yang baik pula, sebaliknya tatanan yang buruk atau tidak baik, begitu juga. Oleh karena itu, bangunan “institusi” kehidupan yang eksis dewasa ini, baik dalam soal politik, ekonomi dan hukum, merupakan cerminan tatanan yang dibangun oleh kelompok masyarakat.  Bahkan dalam bangunan yang mewujud, secara sadar atau tidak cerminan dari pergulatan interaksi kepentingan-kepentingan kelompok masyarakat yang disepakati (consensus). Dalam tataran peribahasa Sunda ada yang dinamakan dengan “mun kiruh ti girang, komo ka hilirna”. Arti harfiah peribahasa Sunda ini adalah jika keruh dari hulu, maka akan semakin keruh ke hilir.  Peribahasa Sunda tersebut juga bisa ditarik secara kiasan, yaitu: jika pemimpin atau kondisi awal sudah buruk, maka keadaan selanjutnya semakin memburuk. Tesis ini saya menyebutnya, menarik untuk ditelisik dalam pergulatan pergaualan berbaga...

Leuit: Perspektif Sosial Politik Penjaga Kehidupan

Leuit Adat Beratap Daun Kiray (Foto hasil tangkapan layar dari Paradigma:Jurnal Kajian Budaya, Number 2 Vol 13 No 2 tahun 2023) MENJUAL HARAPAN - Memang, tidak bisa terhindarkan di tengah derasnya arus modernisasi, acapkali berimbang terhadap tatanan tradisional, seperti salah satunya leuit.  Leuit dalam tradisi masyarakat Sunda merupakan tempat untuk menyimpan hasil panen berupa padi. Akan tetapi, keberadaan leuit bukan hanya menunjukkan struktur fisik, justru memiliki makna yang mendalam, bahkan dapat dikatakan sebagai representasi mendalam prinsip keadilan sosial yang patut diadopsi dalam kebijakan politik. Dengan perkataan lain, leuit yang merupakan lumbung padi tradisional masyarakat Sunda, masih menyimpan peran penting dalam menjaga ketahanan pangan dan kesejahteraan sosial. Dengan demikian, lebih dari sekadar tempat penyimpanan hasil panen, leuit adalah simbol kemandirian, solidaritas, dan kebijakan pangan berbasis komunitas. Pilar ketahanan sosial Geografis Indonesia, seca...

Leuit dalam Perspektif Kearifan Lokal, Pilar Ketahanan Pangan dan Identitas Komunitas

Leuit (Foto: warisanbudaya.kemdikbud.go.id)   MENJUAL HARAPAN - LEUIT, bukan sekadar lumbung padi, akan tetapi, merupakan manifestasi kearifan lokal. Ia mencerminkan filosofi hidup masyarakat agraris, khususnya di komunitas Sunda dan Baduy. Keberadaannya, tidak hanya berfungsi sebagai tempat penyimpanan hasil panen, namun juga sebagai simbol ketahanan pangan, solidaritas sosial, dan keseimbangan ekologi.  Sebagai simbol ketahanan pangan, dalam masyarakat adat, leuit berperan sebagai cadangan pangan jangka panjang. Berdeda dengan sistem penyimpanan modern yang bergantung pada teknologi. Leuit menggunakan metode alami yang memungkinkan pada bertahan hingga bertahun-tahun, tanpa mengalami kerusakan. Hal ini, tidak hanya menunjukkan keahlian teknis dalam pengelolaan pangan, akan tetapi, menggambarkan kesadaran ekologis dalam menjaga keseimbangan antara manusia dan alam.   (lihat:  Paradigma Jurnal Kajian, Vol 13 No 2 (2023) .   Leuit Adat Beratap Daun Kiray (Foto h...

Pesan Peribahasa Sunda "Nyaliksik Ka Buuk Leutik" Dalam Kehidupan

  Ilustrasi keadaan kehidupan (Foto hasil tangkapan layar dari fb tatar pasundan) MENJUAL HARAPAN – Dunia ini penuh dinamika dan gimik. Persoalan saling beradu kekuatan dalam praktek-peraktek kehidupan sosial, budaya, bahkan level pemerintahan tampak menjadi kavling tersendiri. Kemiskinan struktural tampak menghiasi ranah lapang negeri ini, yang kuat memanfaatkan yang lemah dalam aspek dan dimensi apa pun. Eksploitasi menggambarkan ranah kehidupan “Nyalisik ka buuk leutik” kata peribahasa Sunda. Maksudnya, Tindakan merendahkan, menindas dan mengeksploitsi orang yang lemah, baik secara fisik, sosial budaya, maupun ekonomi. Peribahasa Sunda “Nyalisik ka buuk leutik” dapat terjadi dalam ragam bentuk, seperti penyalahgnaan kekuasaan, bullying atau perundungan, diskriminasi, dan lain sejenisnya. Secara harfiah makna peribahasa Sunda “Nyalisik ka buuk leutik” memanfaatkan orang yang lebh lemah, atau posisi lebih rendah demi kepentingan pribadi. “Nyarisik ka buuk leutik”, Imam...

Menyelami Makna Peribahasa Sunda "Asa Peunggas Leungeun Katuhu"

   Ilustrasi Jenis Pakaian Adat Sunda (Foto tangkapan layer dari  https://learningsundanese.com/pakaian-adat-sunda-jenis-jenis-dan-makna-simbolik/ ) Menjual Harapan – Pergulatan pergaulan kehidupan taubahnya berdampingan antara baik dan buruk. Ragam situasi buruk perlu dihindari, karena berakibat buruk pada khususnya diri sendiri, bahkan dalam kehidupan masyarakat, dan negara. Menelusuri mencari sumber masalah yang menimbulkan situasi buruk tersebut dan menemukannya, berarti setidakanya setengah telah mengatasi situasi tersebut. Ada dalam peribahasa Sunda yang populer, yaitu “Asa peunggas leungeun katuhu” . Secara harfiah berarti “harapan di ujung tangan kanan”. Pesan filosofisnya peribahasa Sunda ini mengajarkan pentingnya mempunyai harapan dan tekad kuat dalam menghadapi berbagai situasi yang sulit. “Leungeun katuhu” (tangan kanan) disimbolkan atau dilambangkan sebagai kekuatan dan kemampuan untuk mencapai tujuan. Iman Budhi Santoso (2016: 601) menjelaskan makna dari ...