Muhasabah Historis — Hijrah sebagai Titik Mula Kesadaran Kolektif “Ada malam yang tak sekadar gelap, tapi mengandung jalan. Ada waktu yang tak sekadar berlalu, tapi memanggil untuk berpindah arah.” MENJUAL HARAPAN - Langit Bandung malam itu tidak riuh, tapi penuh isyarat. Hilal Muharram 1447 Hijriah menggantung di atas kota yang terus menggigil antara ingatan dan penyangkalan. Di ruang kelas tua Fakultas Ilmu Sosial, seorang dosen berambut perak menyalakan proyektor dengan suara klik yang nyaris mirip detik jam. “Ini bukan sejarah,” katanya perlahan. “Ini adalah pintu gerbang .” Ia menatap wajah-wajah muda di hadapannya, sebagian penulis alternatif, sebagian aktivis komunitas, sebagian hanya pencari makna yang tak puas dengan kotak-kotak akademik. Slide demi slide muncul: jejak hijrah Nabi SAW dalam garis-garis pasir, potongan Piagam Madinah yang telah dilupakan dalam buku teks, dan kalimat samar: “Berpindah bukan sekadar pergi. Berpindah adalah berpihak.” Seketika ruangan itu menjadi ...
Berbagi setetes info, menuai pengetahuan