Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dengan label Kearifan lokal

Racun Modernisasi dan Hilangnya Kearifan Lokal

    MENJUAL HARAPAN - Kebun Raya Nusantara kini diserang oleh "Racun Modernisasi". Racun ini bukan berasal dari hama atau penyakit, melainkan dari mesin-mesin raksasa yang dibawa oleh Para Penguasaha. Mesin-mesin itu menjanjikan efisiensi dan kecepatan, namun pada kenyataannya, mereka menghancurkan kearifan lokal dan merusak keseimbangan alam. Mereka seperti monster besi yang melahap apa saja yang ada di hadapan mereka. Mesin-mesin ini, yang disebut "Traktor Raksasa" dan "Pabrik Kimia", mulai beroperasi tanpa henti. Traktor Raksasa membajak tanah dengan brutal, tanpa peduli pada siklus alam atau keberadaan makhluk hidup kecil di dalamnya. Pabrik Kimia memproduksi pupuk dan pestisida buatan yang menjanjikan hasil panen melimpah, namun pada kenyataannya, mereka meracuni tanah dan air, serta membunuh serangga-serangga baik yang membantu penyerbukan. Si Kecil, si semut pekerja, melihat bagaimana sarangnya hancur dilindas Traktor Raksasa. Ia melihat bagaimana k...

Di Negeri yang Dulu Saling Menyapa

MENJUAL HARAPAN - Di sebuah negeri yang dahulu dikenal dengan sapaan hangat dan tangan yang tak segan membantu, berdirilah sebuah kampung bernama Sindang Sadar. Kampung itu tak besar, tapi dulu cukup untuk menampung cerita, tawa, dan tangis bersama. Di sana, gotong royong bukan sekadar kata, melainkan napas yang menghidupi setiap sudut rumah dan jalan setapak. “Dulu, kalau ada yang bangun rumah, semua datang. Tak perlu undangan,” kata Mak Inem, sambil menyapu halaman yang kini jarang diinjak tetangga. Ia berbicara pada angin, atau mungkin pada kenangan yang masih bersarang di sudut matanya. “Sekarang? Semua sibuk. Sibuk sendiri.” Di seberang jalan, Pak Darsa sedang menambal genteng rumahnya. Ia tak lagi menunggu bantuan. Tangga ia pinjam dari warung, palu dari anaknya, dan semangat dari rasa tak ingin merepotkan. “Saya bisa sendiri,” katanya, meski lututnya gemetar. “Tak enak minta tolong. Mereka juga punya urusan.” Anak-anak di kampung itu tak lagi bermain layang-layang bersama. Merek...

“Mun Kiruh Ti Girang Komo Ka Hilirna”, Refleksi Dalam Pergulatan Kehidupan

MENJUAL HARAPAN – Suatu tatanan kehidupan berbagai aspek atau dimensi, sangat penting. Tatanan yang baik memberikan kontribusi yang baik pula, sebaliknya tatanan yang buruk atau tidak baik, begitu juga. Oleh karena itu, bangunan “institusi” kehidupan yang eksis dewasa ini, baik dalam soal politik, ekonomi dan hukum, merupakan cerminan tatanan yang dibangun oleh kelompok masyarakat.  Bahkan dalam bangunan yang mewujud, secara sadar atau tidak cerminan dari pergulatan interaksi kepentingan-kepentingan kelompok masyarakat yang disepakati (consensus). Dalam tataran peribahasa Sunda ada yang dinamakan dengan “mun kiruh ti girang, komo ka hilirna”. Arti harfiah peribahasa Sunda ini adalah jika keruh dari hulu, maka akan semakin keruh ke hilir.  Peribahasa Sunda tersebut juga bisa ditarik secara kiasan, yaitu: jika pemimpin atau kondisi awal sudah buruk, maka keadaan selanjutnya semakin memburuk. Tesis ini saya menyebutnya, menarik untuk ditelisik dalam pergulatan pergaualan berbaga...

Leuit dalam Perspektif Kearifan Lokal, Pilar Ketahanan Pangan dan Identitas Komunitas

Leuit (Foto: warisanbudaya.kemdikbud.go.id)   MENJUAL HARAPAN - LEUIT, bukan sekadar lumbung padi, akan tetapi, merupakan manifestasi kearifan lokal. Ia mencerminkan filosofi hidup masyarakat agraris, khususnya di komunitas Sunda dan Baduy. Keberadaannya, tidak hanya berfungsi sebagai tempat penyimpanan hasil panen, namun juga sebagai simbol ketahanan pangan, solidaritas sosial, dan keseimbangan ekologi.  Sebagai simbol ketahanan pangan, dalam masyarakat adat, leuit berperan sebagai cadangan pangan jangka panjang. Berdeda dengan sistem penyimpanan modern yang bergantung pada teknologi. Leuit menggunakan metode alami yang memungkinkan pada bertahan hingga bertahun-tahun, tanpa mengalami kerusakan. Hal ini, tidak hanya menunjukkan keahlian teknis dalam pengelolaan pangan, akan tetapi, menggambarkan kesadaran ekologis dalam menjaga keseimbangan antara manusia dan alam.   (lihat:  Paradigma Jurnal Kajian, Vol 13 No 2 (2023) .   Leuit Adat Beratap Daun Kiray (Foto h...

Leuit, Bukan Sekadar Lumbung Padi, Namun Lebih Dari Itu

Leuit (Foto hasil tangkapan layar dari http://www.channeljatim.com) MENJUAL HARAPAN - Leuit itulah nama untuk menyimpan hasil panen berupa padi di tradisi masyarakat sunda khususnya. Keberadaan leuit bagi masyarakat Sunda memiliki tradisi turun-temurun dalam mengelola hasil panennya.  Salah satu warisan budaya yang sarat makna bernama "leuit" ini selain tempat menyimpan padi, akan tetapi bukan hanya sekadar lumbung padi biasa, perannya mendalam dalam aspek budaya, sosial, ekonomi, bahkan politik. Catatan kecil ini, mencobanya mengulas dari berbagai aspek atau dimensi tadi. Perspektif Budaya Leuit, selain tempat menyimpan hasil panen berupa padi, juga simbol kearifan lokal masyarakat Sunda dalam menjaga ketahanan pangan dan kesinambungan hidup.  Ada filosofi di balik nama "leuit", yaitu "teu meunang miceunan" (tidak bolah membuang) adalah memiliki makna mendalam, yaitu mencerminkan budaya hemat dan penuh perhitungan dalam mengelola hasil panen.  Leuit juga ...

Pesan Peribahasa Sunda "Nyaliksik Ka Buuk Leutik" Dalam Kehidupan

  Ilustrasi keadaan kehidupan (Foto hasil tangkapan layar dari fb tatar pasundan) MENJUAL HARAPAN – Dunia ini penuh dinamika dan gimik. Persoalan saling beradu kekuatan dalam praktek-peraktek kehidupan sosial, budaya, bahkan level pemerintahan tampak menjadi kavling tersendiri. Kemiskinan struktural tampak menghiasi ranah lapang negeri ini, yang kuat memanfaatkan yang lemah dalam aspek dan dimensi apa pun. Eksploitasi menggambarkan ranah kehidupan “Nyalisik ka buuk leutik” kata peribahasa Sunda. Maksudnya, Tindakan merendahkan, menindas dan mengeksploitsi orang yang lemah, baik secara fisik, sosial budaya, maupun ekonomi. Peribahasa Sunda “Nyalisik ka buuk leutik” dapat terjadi dalam ragam bentuk, seperti penyalahgnaan kekuasaan, bullying atau perundungan, diskriminasi, dan lain sejenisnya. Secara harfiah makna peribahasa Sunda “Nyalisik ka buuk leutik” memanfaatkan orang yang lebh lemah, atau posisi lebih rendah demi kepentingan pribadi. “Nyarisik ka buuk leutik”, Imam...

Menyelami Makna Peribahasa Sunda "Asa Peunggas Leungeun Katuhu"

   Ilustrasi Jenis Pakaian Adat Sunda (Foto tangkapan layer dari  https://learningsundanese.com/pakaian-adat-sunda-jenis-jenis-dan-makna-simbolik/ ) Menjual Harapan – Pergulatan pergaulan kehidupan taubahnya berdampingan antara baik dan buruk. Ragam situasi buruk perlu dihindari, karena berakibat buruk pada khususnya diri sendiri, bahkan dalam kehidupan masyarakat, dan negara. Menelusuri mencari sumber masalah yang menimbulkan situasi buruk tersebut dan menemukannya, berarti setidakanya setengah telah mengatasi situasi tersebut. Ada dalam peribahasa Sunda yang populer, yaitu “Asa peunggas leungeun katuhu” . Secara harfiah berarti “harapan di ujung tangan kanan”. Pesan filosofisnya peribahasa Sunda ini mengajarkan pentingnya mempunyai harapan dan tekad kuat dalam menghadapi berbagai situasi yang sulit. “Leungeun katuhu” (tangan kanan) disimbolkan atau dilambangkan sebagai kekuatan dan kemampuan untuk mencapai tujuan. Iman Budhi Santoso (2016: 601) menjelaskan makna dari ...