Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dengan label rakyat

Retaknya Fondasi dan Tumbuhnya Tunas Baru

    MENJUAL HARAPAN  - Getaran dari bawah tanah kini telah menyebabkan retakan besar pada fondasi Kebun Raya Nusantara. Retakan itu bukan karena gempa bumi, melainkan karena tekanan dari bawah, dari suara-suara yang selama ini terpendam. Para Penguasaha, yang selama ini merasa aman di atas fondasi yang kokoh, kini mulai merasakan guncangan. Mereka mencoba menambal retakan itu dengan janji-janji kosong dan aturan-aturan baru, namun usaha mereka sia-sia. Retakan itu semakin membesar, dan dari celah-celah itu, mulai tumbuh tunas-tunas baru. Tunas-tunas ini bukan berasal dari benih yang ditanam oleh Para Penguasaha, melainkan dari "Benih Kejujuran" dan "Benih Keadilan" yang selama ini tersembunyi di bawah tanah. Tunas-tunas itu tumbuh perlahan namun pasti, menembus lapisan-lapisan kebohongan dan ketidakadilan. Si Kecil, si semut pekerja, melihat bagaimana tunas-tunas itu tumbuh. Ia melihat bagaimana mereka menembus akar-akar hisap, merobek jaring-jaring laba-laba, dan m...

Ujian Sejati Dimulai Setelah Terpilih

MENJUAL HARAPAN - Pemilihan   umum  merupakan  titik awal, bukan titik akhir. Ketika seorang calon legislatif terpilih menjadi anggota DPRD, ia tidak serta-merta menjadi wakil rakyat yang efektif. Justru di sanalah ujian sejati dimulai—ujian tentang integritas, keberpihakan, konsistensi, dan kemampuan untuk menjadikan demokrasi sebagai ruang yang bernapas. Artikel ini , mengajak kita untuk melihat masa jabatan bukan sebagai masa kekuasaan, tetapi sebagai ruang pertanggungjawaban publik yang terus-menerus. Dalam sistem demokrasi lokal, keterpilihan adalah mandat elektoral, tetapi ujian sejati adalah bagaimana mandat itu dijalankan. Max Weber (1919) menyatakan bahwa “Tanggung jawab adalah inti dari politik yang bermakna.” Maka, wakil rakyat yang terpilih harus siap diuji oleh publik, oleh etika, dan oleh dampak dari setiap keputusan yang diambil. Itu sebabnya, f ungsi -fungsi DPRD , yaitu legislasi, penganggaran, dan pengawasan. B ukan sekadar tugas administratif, melainkan...

Menjadi Wakil Rakyat Tidak Hanya Terpilih, Tapi Teruji

MENJUAL HARAPAN - Pemilihan umum merupakan gerbang masuk menuju ruang representasi, tetapi bukan jaminan bahwa seseorang telah siap menjadi wakil rakyat. Terpilih adalah pengakuan elektoral, sementara teruji adalah proses etis dan reflektif yang berlangsung sepanjang masa jabatan. Dalam konteks DPRD, menjadi wakil rakyat yang teruji berarti menjalankan fungsi kelembagaan dengan integritas, keberpihakan, dan kesadaran akan dampak sosial dari setiap keputusan. Demokrasi lokal membutuhkan wakil rakyat yang tidak hanya hadir secara politik, tetapi juga secara moral. Seperti dikemukakan oleh Max Weber (1919), “Politik yang bermakna adalah politik yang dijalankan dengan tanggung jawab, bukan dengan ambisi.” Maka, keterpilihan harus diikuti dengan proses pembuktian: apakah wakil rakyat mampu menjaga etika, mendengar publik, dan berpihak pada keadilan. Fungsi DPRD mencakup legislasi, penganggaran, dan pengawasan. Ketiganya menuntut kapasitas analitis, keberanian politik, dan komitmen etis. Ter...

Reformasi Polri Mandek

  "Reformasi birokrasi Polri masih belum menyentuh Polri menjadi aparat sipil yang profesional, demokratis, menghormati hak asasi manusia, dan akuntabel" Oleh Silahudin MENJUAL HARAPAN - Dua puluh enam tahun lalu pada 1999, Polri resmi dipisahkan dari ABRI sebagai salah satu tonggak reformasi pasca-Orde Baru. Harapannya jelas, yaitu Polri menjadi aparat sipil yang profesional, demokratis, menghormati hak asasi manusia, dan akuntabel di mata publik. Undang-Undang No. 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian ditegaskan sebagai dasar hukum bagi transformasi ini. Di atas kertas, visi itu mulia. Akan tetapi, dalam praktik, cita-cita tersebut berulang kali dikompromikan oleh budaya kekerasan, dan resistensi internal. Tragedi Pejompongan pada 28 Agustus 2025, ketika seorang pengemudi ojek online (ojol) tewas terlindas rantis Brimob di tengah demonstrasi, bukan peristiwa tunggal. Tragedi Pejompongan, hanya satu mata rantai dari luka panjang. Sebelumnya, kita menyaksikan Tragedi Kanjuruhan (2...

MENTERTAWAKAN NEGERI INI

Oleh: Silahudin MENJUAL HARAPAN - Mentertawakan negeri ini bukan karena kita tak cinta. Justru karena cinta itu terlalu dalam, hingga luka-lukanya tak bisa lagi ditangisi. Maka tawa menjadi pelipur, menjadi peluru, menjadi peluit panjang di tengah pertandingan yang tak pernah adil. Negeri ini, seperti panggung sandiwara, di mana aktor utamanya tak pernah lulus audisi nurani. Di ruang-ruang kekuasaan, kita menyaksikan para pemimpin berdialog dengan teleprompter, bukan dengan hati. Mereka bicara tentang rakyat, tapi tak pernah menyapa rakyat. Mereka bicara tentang pembangunan, tapi tak pernah membangun kepercayaan. Maka kita tertawa, bukan karena lucu, tapi karena getir yang terlalu lama dipendam. Pendidikan, katanya, adalah jalan keluar. Tapi di negeri ini, sekolah adalah lorong panjang menuju penghapusan imajinasi. Anak-anak diajari menghafal, bukan memahami. Mereka diuji untuk patuh, bukan untuk berpikir. Guru-guru digaji dengan janji, sementara kurikulum berganti seperti musim, tanpa...

Narasi yang Dikuasai Negara

MENJUAL HARAPAN - Setiap bangsa hidup dari narasi.  Ia adalah benang yang merajut identitas, m embentuk ingatan, dan menentukan arah. Namun, ketika narasi hanya dimiliki oleh negara, maka yang lahir bukan kebangsaan, melainkan penghapusan. Warga tak lagi punya ruang untuk bercerita. Narasi resmi sering kali dibentuk dari atas.  Ia ditulis dalam buku pelajaran, disampaikan dalam pidato, dan diputar dalam media. Tokoh-tokoh dipilih, peristiwa diseleksi, dan makna ditentukan. Sejarah menjadi milik negara, bukan milik rakyat. Narasi yang dikuasai negara juga membentuk cara kita memahami masa lalu.  Perlawanan dianggap gangguan, kritik dianggap ancaman, dan keragaman dianggap penyimpangan. Sejarah disederhanakan, kompleksitas dihapuskan, dan luka disembunyikan. Dalam refleksi filosofis, narasi adalah ruang perebutan makna.  Ia bukan hanya soal cerita, tetapi soal siapa yang berhak bicara. Ketika negara memonopoli narasi, maka warga kehilangan suara. Demokrasi menjadi suny...

Warga yang Dihilangkan

MENJUAL HARAPAN - Negara   seharusnya dibangun dari warga, oleh warga, dan untuk warga.  N amun dalam realitas praktiknya, warga justru sering kali dihilangkan—dari proses perumusan kebijakan, dari narasi pembangunan, dan dari ruang pengambilan keputusan. Mereka hadir secara fisik, tetapi absen secara politik. Penghilangan warga bukan berarti mereka tak ada, tetapi mereka tidak  dianggap.  Suara mereka tidak didengar, pengalaman mereka tak divalidasi, dan kebutuhan mereka tak dijadikan dasar. Negara berjalan tanpa bertanya, tanpa mendengar, tanpa melibatkan. Dalam dialog komunitas, sering muncul ungkapan: “Kami hanya tahu kebijakan setelah diumumkan.”  Ini bukan soal keterlambatan informasi, tetapi soal pengabaian sistemik. Warga tak dilibatkan sejak awal, hanya diminta menerima hasil. Penghilangan warga juga terjadi dalam data.  Mereka tak tercatat, tak terpetakan, dan tak terwakili. Statistik nasional sering kali mengabaikan kompleksitas lokal. Warga menj...

Bupati Sudewo Dikepung Tuntutan Mundur, DPRD Gulirkan Hak Angket

Bupati Pati, Sudewo (Foto hasil tangkapan layar dari kompas.com ) MENJUAL HARAPAN   – Gelombang demonstrasi raksasa mengguncang Kabupaten Pati, Jawa Tengah, Rabu (13/8/2025). Massa yang menamakan diri Aliansi Masyarakat Pati Bersatu  memadati pusat kota hingga halaman Kantor Bupati, mendesak Bupati Sudewo turun dari jabatannya. Aksi ini dipicu kebijakan kontroversial menaikkan Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan dan Perdesaan (PBB-P2) hingga 250 persen—kebijakan yang akhirnya dibatalkan, namun tak meredam kemarahan warga. Presiden RI Prabowo Subianto melalui Menteri Sekretaris Negara Prasetyo Hadi menyatakan keprihatinannya. "Ya tentunya beliau menyayangkan. Jangan sampai mengganggu kehidupan ekonomi Pati, apalagi ini menjelang peringatan ulang tahun kemerdekaan,"  ujar Prasetyo di Istana, Jakarta, seperti dikutip Kompas.com  (13/8/2025). Massa dan Gejolak Politik CNN Indonesia melaporkan, aksi protes tetap berlangsung meski kebijakan PBB-P2 dibatalkan. Ketua DPRD Pati...

Negara dalam Cermin Retak

MENJUAL HARAPAN - Negara, dalam imajinasi kolektif, adalah rumah bersama.  Ia seharusnya menjadi ruang aman, tempat warga berlindung, tumbuh, dan bermimpi. Akan tetapi, ketika cermin negara mulai retak, yang tampak bukan lagi wajah rakyat, melainkan bayangan kekuasaan yang menjauh dari kenyataan. Retaknya cermin bukan sekadar metafora estetis, tetapi refleksi struktural.   Ia menunjukkan bahwa institusi negara tak lagi mampu memantulkan harapan rakyat. Yang tampak adalah distorsi  bahwa janji yang tak ditepati, pelayanan yang tak menyentuh, dan kebijakan yang tak berpihak. Dalam dialog atau obrolan komunitas  warga , sering muncul keluhan: “Kami tak merasa punya negara.”  Pernyataan ini bukan bentuk apatisme, melainkan ekspresi kekecewaan. Negara hadir dalam slogan, tetapi absen dalam kehidupan sehari-hari. Ia menjadi entitas jauh, tak terjangkau, dan tak peduli. Cermin retak juga berarti hilangnya transparansi.  Ketika warga tak bisa melihat proses pengamb...

Heningnya Suara Rakyat Kecil (Sesi 5 dari Cerber "Lorong Gelap Keadilan)

MENJUAL HARAPAN - Di tengah riuhnya kota, mesin-mesin pembangunan meraung dan gedung-gedung bertingkat bersaing menjulang, Dadun  menemukan sebuah keheningan yang memekakkan telinga. Heningnya suara rakyat kecil, yang suaranya telah lama dibungkam oleh ketakutan, keputusasaan, dan jerat kemiskinan. Mereka adalah jiwa-jiwa yang terpinggirkan, yang keberadaannya seolah tak tercatat dalam lembaran sejarah negeri. Dadun menyadari, keadilan yang ia cari haruslah berakar pada suara-suara yang telah lama terabaikan ini. Dadun  sengaja menepi dari hiruk pikuk pusat kota, mencari tempat di mana kehidupan berdenyut dengan ritme yang berbeda. Ia menemui mereka, para petani yang tanahnya dirampas oleh proyek-proyek raksasa tanpa kompensasi yang layak, meninggalkan mereka tanpa mata pencarian. Ia berdialog dengan para buruh yang haknya diinjak-injak, upah mereka dipangkas, dan keselamatan mereka diabaikan demi keuntungan segelintir pengusaha rakus. Ia juga bertemu para ibu yang anaknya men...