Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dengan label politik kekuasaan

Negeri Ini Lucu, Refleksi Serius tentang Kelucuan yang Tak Lucu

MENJUAL HARAPAN  - “Negeri ini lucu.”  Kalimat itu sering muncul di obrolan warung kopi, status media sosial, bahkan di ruang diskusi akademik yang mulai kehilangan kesabaran. Tapi lucu yang dimaksud bukan tentang tawa, melainkan tentang absurditas yang berulang, tentang ironi yang tak kunjung selesai. Lucu karena terlalu serius untuk ditertawakan, dan terlalu menyakitkan untuk diabaikan. Di panggung politik, kelucuan itu tampil dalam bentuk drama kekuasaan yang tak pernah kekurangan episode. Hari ini bicara soal keberpihakan rakyat, besok sibuk mengatur panggung pencitraan. Lucu, karena janji-janji kampanye sering kali lebih teatrikal daripada sinetron sore. Kita tertawa, tapi dalam hati kita tahu: ini bukan komedi, ini tragedi yang dikemas dengan humor tipis. Dalam birokrasi, kelucuan menjelma jadi prosedur yang berbelit, regulasi yang saling bertabrakan, dan pelayanan publik yang kadang lebih sibuk mengurus dokumen daripada manusia. Lucu, karena sistem yang katanya dirancan...

Nusantara Baru dan Padang Rumput yang Jujur

MENJUAL HARAPAN - T irai roboh dan Para Dalang terungkap, panggung Nusantara tidak lagi menjadi tempat dagelan. Ia berubah menjadi ladang yang luas, tempat di mana bibit-bibit harapan mulai ditanam. Para penonton, yang kini menjadi para petani dan penggarap, bahu-membahu membersihkan sisa-sisa reruntuhan dan menyingkirkan puing-puing kebohongan. Mereka tahu bahwa membangun kembali akan membutuhkan waktu dan kerja keras, namun mereka melakukannya dengan semangat dan keyakinan. Si Juru Bicara Berapi-api dan Si Penenun Kata-kata, yang dulu menjadi boneka, kini diberi kesempatan untuk menebus kesalahan mereka. Beberapa di antaranya memilih untuk ikut membantu membangun, menggunakan keahlian mereka dalam berbicara dan merangkai kata untuk menyebarkan semangat positif dan persatuan. Yang lainnya, memilih untuk mundur, merenungi kesalahan-kesalahan mereka di masa lalu. Rakyat tidak lagi menghukum dengan kebencian, melainkan dengan kesempatan untuk berubah. Si Jujur, si kambing putih, adalah s...

Robohnya Tirai, Terungkapnya Dalang

MENJUAL HARAPAN - Dan tibalah saatnya. Dengan satu hentakan serentak, para penari bebas itu berhasil merobohkan tirai yang selama ini menutupi Para Dalang Sesungguhnya. Cahaya benderang menerangi ruang rahasia yang selama ini tersembunyi. Dan di sanalah, di balik tirai, terlihatlah wujud asli Para Dalang: bukan sosok-sosok misterius dengan wajah bijaksana, melainkan sekumpulan manusia biasa yang berwajah pucat, dengan tangan-tangan gemetar memegang benang kendali yang kini telah putus. Mereka adalah para saudagar rakus, para penimbun kekayaan, para pemilik pabrik asap, dan para penyedot sumber daya alam. Mereka yang selama ini bersembunyi di balik bayangan, kini terekspos di bawah cahaya kebenaran. Wajah-wajah mereka menunjukkan ketakutan dan kepanikan, karena semua rahasia mereka kini terbongkar. Mereka tidak lagi memiliki topeng, tidak lagi memiliki jubah, dan tidak lagi memiliki kata-kata manis untuk membius. Si Juru Bicara Berapi-api dan Si Penenun Kata-kata, yang selama ini menjad...

Retaknya Panggung dan Tarian Bebas

Retangknya Panggung dan Tarian Bebas (Seri-8 dari "Dagelan Politik) MENJUAL HARAPAN - Bisikan-bisikan dari balik tirai kini berubah menjadi jeritan. Jeritan kekecewaan, jeritan kemarahan, dan jeritan harapan. Panggung Nusantara mulai retak, bukan karena gempa, melainkan karena tekanan dari bawah. Para penonton tidak lagi mau menjadi penonton pasif. Mereka mulai bergerak, menciptakan tarian mereka sendiri, tarian bebas yang tidak diatur oleh Para Dalang Sesungguhnya. Para Pengatur Irama, Si Juru Bicara Berapi-api, dan Si Penenun Kata-kata, terkejut melihat perubahan ini. Mereka mencoba menahan para penonton, mencoba memaksa mereka untuk kembali duduk tenang, dan kembali menikmati sandiwara yang mereka sajikan. Namun, usaha mereka sia-sia. Para penonton kini telah memiliki irama sendiri, irama yang berasal dari hati nurani mereka yang paling dalam. Si Jujur, si kambing putih, ikut menari dalam tarian bebas ini. Ia mengembik riang, melompat-lompat di padang rumput yang kini mulai men...

Pasar Kekuasaan, Tawar-Menawar Jiwa

Ilustrasi "Pasar Kekuasaan, Tawar Menawar Jiwa MENJUAL HARAPAN - Panggung Nusantara kini berubah menjadi pasar gelap yang ramai. Bukan pasar tempat jual beli rempah atau kain, melainkan pasar tempat tawar-menawar kekuasaan dan jiwa. Setiap kursi di panggung, setiap jabatan, setiap janji, memiliki harga. Dan harga itu tidak dibayar dengan uang, melainkan dengan integritas, moralitas, dan kesetiaan. Para Pengatur Irama, Si Juru Bicara Berapi-api, dan Si Penenun Kata-kata, adalah para pedagang utama di pasar ini. Mereka saling berlomba menawarkan "produk" terbaik mereka kepada Para Dalang Sesungguhnya. Ada yang menawarkan kesetiaan buta, ada yang menawarkan kemampuan mengendalikan massa, ada yang menawarkan data dan informasi rahasia. Setiap penawaran disajikan dengan gembar-gembor yang meriah, seolah-olah mereka adalah pahlawan yang sedang berjuang demi kepentingan rakyat. Padahal, mereka hanya berebut posisi, berebut kue kekuasaan yang semakin mengecil. Si Jujur, si kambi...

Para Penari Bayangan

Ilustrasi dari sesi "Dagelan Politik" MENJUAL HARAPAN - Panggung   Nusantara , dipenuhi penari-penari bayangan. Mereka bergerak di antara cahaya dan kegelapan, seringkali tak terlihat jelas , namun selalu ada di setiap sudut panggung. Mereka adalah para "operator" yang tak memiliki nama, tak punya wajah, akan tetapi  setiap langkah nya mampu mengubah arah panggung. Si Juru Bicara Berapi-api dan Si Penenun Kata-kata hanyalah boneka yang menari di atas benang kendali para penari bayangan itu. Para penari bayangan , memiliki keahlian khusus , yaitu mengaburkan fakta dan menyebarkan desas-desus. Mereka seperti para pesulap ulung yang mampu menghilangkan kebenaran di depan mata, lalu menggantinya dengan ilusi yang lebih menarik. Mereka menyebarkan gosip-gosip panas, menyulut api permusuhan antar sesama penonton, dan mengalihkan perhatian dari masalah-masalah utama. Mereka bekerja di balik layar, tidak terlihat oleh mata telanjang, namun dampaknya terasa di seluruh penjur...

Bisikan Angin dan Racun Janji

  MENJUAL HARAPAN - Angin di Nusantara mulai berbisik, membawa serpihan-serpihan janji yang beterbangan. Janji-janji itu tak ubahnya permen kapas, terlihat manis dan mengembang besar, tetapi ( akan )  meleleh dan lenyap dalam sekejap begitu bersentuhan dengan lidah kenyataan. Si Penenun Kata-kata adalah master dari semua bisikan ini. Ia tahu persis bagaimana merangkai kata-kata agar terdengar merdu di telinga rakyat, bagaimana menjanjikan bulan dan bintang agar mereka terlena. Ia berjanji akan membangun jembatan emas, mencetak uang dari daun kering, bahkan mengubah air mata menjadi berlian. Para pendukungnya, yang kini lebih mirip kawanan lebah yang mengerumuni madu, bersorak riang setiap kali janji itu terlontar. Mereka tak peduli apakah janji itu masuk akal atau tidak, yang penting terdengar indah dan memberi harapan. Beberapa di antaranya bahkan mulai saling berebut, berharap bisa mencicipi tetesan madu pertama dari janji-janji manis itu. Mereka bahkan rela berdesakan, sali...

Permainan Topeng

ilustrasi seri "Dagelan Politik MENJUAL HARAPAN  -  Panggung Nusantara kini lebih mirip karnaval topeng. Setiap tokoh mengenakan topeng yang berbeda-beda, sesuai peran yang ingin mereka mainkan. Ada topeng pahlawan berhati mulia, topeng pemimpin yang bijaksana, topeng rakyat jelata yang tertindas, bahkan topeng badut yang hanya bisa menertawakan diri sendiri. Akan tetapi,  di balik setiap topeng, tersimpan wajah asli yang penuh dengan ambisi dan perhitungan. Si Juru Bicara Berapi-api, misalnya, seringkali mengenakan topeng Singa Pemberani, mengaum lantang di hadapan publik. Padahal, di balik panggung, ia tak lebih dari seekor kucing yang meringkuk di bawah kaki Para Dalang Sesungguhnya, menunggu jatah ikan dan susu. Si Penenun Kata-kata juga tak kalah lihai. Ia sering tampil dengan topeng Pujangga Cinta Tanah Air, merangkai kalimat-kalimat puitis tentang pengorbanan dan persatuan. Setiap kata yang keluar dari bibirnya seolah meneteskan madu, membuat para penonton terbuai ...

Politik Kekuasaan dan Panglima-Panglima Politik

  Oleh Silahudin K ekuasaan adalah medan tarik-menarik yang nyaris tak pernah sepi dari drama. Setiap jengkal peristiwa politik menyisakan jejak perebutan pengaruh. Dari ruang istana hingga ruang pengadilan, dari parlemen hingga panggung media sosial , politik kekuasaan tidak hanya hidup, te tapi tumbuh subur dalam berbagai bentuk yang kadang halus, kadang kasar, bahkan kadang melampaui batas logika demokrasi. Hari-hari ini, sebagai s alah satu contoh mutakhir ,  adalah bagaimana sejumlah aktor politik , dalam tulisan ini saya sebut sebagai panglima-panglima politik , bermain di balik layar terkait putusan Mahkamah Konstitusi   Nomor 135/PUU-XXII/2024  yang berhubungan dengan  pemisahan pemilu nasional (presiden, DPR, DPD) dan pemilu lokal (pilkada, DPRD) . Putusan MK tersebut sebagai produk hukum yang mengikat, mesti dihormati sebagai produk institusi independen , akan tetapi, para panglima , justru terkesan memelintir, mengaburkan, bahkan melemahkan legitimasi...