Robohnya Tirai, Terungkapnya Dalang
MENJUAL HARAPAN - Dan tibalah saatnya. Dengan satu hentakan serentak, para penari bebas itu berhasil merobohkan tirai yang selama ini menutupi Para Dalang Sesungguhnya. Cahaya benderang menerangi ruang rahasia yang selama ini tersembunyi. Dan di sanalah, di balik tirai, terlihatlah wujud asli Para Dalang: bukan sosok-sosok misterius dengan wajah bijaksana, melainkan sekumpulan manusia biasa yang berwajah pucat, dengan tangan-tangan gemetar memegang benang kendali yang kini telah putus.
Mereka adalah para saudagar rakus, para penimbun kekayaan, para pemilik pabrik asap, dan para penyedot sumber daya alam. Mereka yang selama ini bersembunyi di balik bayangan, kini terekspos di bawah cahaya kebenaran. Wajah-wajah mereka menunjukkan ketakutan dan kepanikan, karena semua rahasia mereka kini terbongkar. Mereka tidak lagi memiliki topeng, tidak lagi memiliki jubah, dan tidak lagi memiliki kata-kata manis untuk membius.
Si Juru Bicara Berapi-api dan Si Penenun Kata-kata, yang selama ini menjadi boneka-boneka utama, terdiam membisu. Mereka tak tahu harus berbuat apa. Topeng-topeng mereka jatuh ke tanah, menampakkan wajah asli mereka yang penuh kebingungan dan penyesalan. Mereka adalah korban sekaligus pelaku, boneka yang tak punya pilihan selain menuruti perintah sang dalang.
Si Jujur, si kambing putih, mendekati Para Dalang yang kini ketakutan. Ia menatap mata mereka satu per satu. Ia melihat keserakahan yang tak terbatas, namun juga ketidakberdayaan yang mendalam. Ia mengembik pelan, seolah bertanya, "Untuk apa semua ini? Untuk apa kalian mengorbankan begitu banyak jiwa demi sesuatu yang fana?"
Para penonton, yang kini telah menjadi pemeran utama di panggung itu, tidak lagi berteriak marah. Mereka hanya menatap Para Dalang dengan pandangan kosong, namun penuh arti. Mereka menyadari bahwa musuh mereka bukanlah sosok-sosok khayalan, melainkan manusia-manusia biasa yang terbawa nafsu dan keserakahan. Kebenaran, betapapun pahitnya, akhirnya terungkap.
Bahkan kawanan burung pipit dan ikan lele pun ikut terdiam. Mereka menyaksikan momen bersejarah ini, ketika kebohongan akhirnya runtuh dan kebenaran berdiri tegak. Angin tidak lagi berbisik janji palsu, melainkan membawa aroma kebebasan yang sejati.
Si Jujur, si kambing putih, merasakan kedamaian yang belum pernah ia rasakan sebelumnya. Panggung Nusantara kini terasa begitu lapang, tanpa batasan, tanpa topeng, tanpa tirai. Ini adalah awal dari sebuah era baru, di mana kejujuran akan menjadi landasan, dan keadilan akan menjadi tujuan. Ia mengembik, bukan lagi sebuah pertanyaan, melainkan sebuah pernyataan: "Kebenaran akan selalu menemukan jalannya. (Seri-9 dari “Dagelan Politik)