Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dengan label jenis pangan

Anak-anak yang Tumbang di Meja Makan Negara

MENJUAL HARAPAN - Program Makan Bergizi Gratis (MBG) digagas sebagai solusi atas krisis gizi anak Indonesia. Namun, ribuan siswa justru menjadi korban keracunan massal akibat makanan yang seharusnya menyelamatkan mereka. Di Bandung Barat, Cianjur, Garut, hingga Bengkulu, anak-anak dirawat intensif. Muntah, diare, pingsan—semua setelah menyantap makanan MBG. Ini bukan sekadar cacat teknis. Ini adalah cermin dari sistem yang gagal memahami bahwa makanan bukan hanya soal isi piring, tapi soal keselamatan jiwa. Ketika dapur memasak malam hari, menyimpan tanpa pendingin, lalu mendistribusikan ke sekolah pagi-pagi, kita sedang bermain-main dengan nyawa anak bangsa. Pemerintah berdalih bahwa dari satu miliar porsi, hanya ribuan yang bermasalah. Tapi apakah statistik bisa menutupi rasa sakit seorang anak yang terbaring lemah di ruang IGD? Gizi bukan eksperimen. Gizi adalah hak dasar yang harus dijamin dengan standar tertinggi. Tragedi MBG adalah pelajaran pahit bahwa niat baik tidak cukup. Dal...

Kebelet Cuan: Jamuan Di Bawah Bayang Laba

  MENJUAL HARAPAN - Di sebuah negeri yang penuh dengan janji-janji surga, sebuah program agung diluncurkan: Jamuan Gizi Gratis. Bukan sekadar makanan, ia adalah simfoni harapan yang dimainkan di piring-piring baja anak bangsa, sebuah investasi pada masa depan yang dikemas dalam sebongkah nasi dan sepotong lauk. Proyek ini dibaptis dengan nama mulia, ditujukan untuk mengisi lumbung lapar dan mencerdaskan benak yang masih kosong, menjadikan setiap tegukan sebagai sumpah bakti pada kesejahteraan. Namun, di balik megahnya tirai rencana, bersembunyi sesosok raksasa tak kasat mata yang memiliki nafsu tak terpuaskan: Dewa Cuan. Dewa ini bersemayam di ruang-ruang rapat berpendingin, berbisik melalui laporan keuangan, dan menggenggam erat setiap anggaran. Baginya, Jamuan Gizi Gratis bukanlah misi kemanusiaan, melainkan sebuah tambang emas baru yang harus dikeruk hingga ke serpihan terakhirnya, tak peduli pada debu apa yang ditinggalkan. Alegori ini bercerita tentang Timbangan. Di satu sisi ...

Cuan di Atas Piring

Para siswa di Kabupaten Bandung Barat yang keracunan setelah mengkonsumsi Makanan Bergizi Gratis (Foto hasil tangkapan layar dari Kompas.id)   MENJUAL HARAPAN - “Lihatlah, Pak Guru,” ujar anak itu, tangannya memegang sebuah kotak makan berwarna mencolok. “Ini makan siang kami. Katanya, ini makanan yang penuh gizi.” “Iya, Nak,” jawab Pak Guru, matanya mengamati isi kotak itu. “Ini program dari Petinggi Negeri. Tujuannya baik, biar kalian tidak lapar dan bisa fokus belajar.” Anak itu membuka kotaknya. Di dalamnya, ada nasi, lauk, dan sepotong buah. Semuanya tampak standar. Tidak buruk, tapi juga tidak istimewa. “Tapi kenapa teman-teman saya banyak yang sakit perut, Pak Guru? Kemarin ayamnya terasa asam. Hari ini nasinya lengket, baunya agak aneh,” anak itu melanjutkan, raut wajahnya ragu. Pak Guru tidak langsung menjawab. Ia teringat percakapan di ruang guru kemarin. Banyak keluhan serupa dari guru-guru lain. Mereka sudah menyampaikannya ke “Makelar Proyek”, sebutan untuk orang-orang...

Nasi dan Narasi

MENJUAL HARAPAN - Beras, sebagai bahan pokok utama, memiliki peran yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari. Akan tetapi, fenomena praktik oplosan beras telah menciptakan kekhawatiran yang mendalam tentang kualitas dan keamanan pangan. Beras oplosan sebagai campuran antara beras berkualitas baik dengan beras berkualitas rendah , atau bahkan beras yang tidak layak konsumsi. Praktik ini , dilakukan untuk menekan biaya produksi atau meningkatkan keuntungan, tetapi dampaknya sangat merugikan konsumen.   Tidak hanya kualitas makanan yang menurun, tetapi juga risiko kesehatan yang meningkat. Salah satu alasan utama di balik maraknya beras oplosan , karena kurangnya pengawasan yang ketat dari pihak berwenang. Banyak pelaku usaha yang memanfaatkan celah hukum untuk melakukan praktik ini tanpa takut akan konsekuensi hukum. Selain itu, rendahnya kesadaran konsumen tentang cara mengenali beras oplosan juga menjadi faktor pendukung. Dampak dari beras oplosan tidak hanya dirasakan oleh k...

Mafia Beras Oplosan Rugikan Negara Rp 100 Triliun, DPR Minta Penegakan Hukum Tegas

Ilustrasi beras oplosan (Foto hasil tangkapan layar dari  Kompas.com ) MENJUAL HARAPAN – Praktik pengoplosan beras premium yang marak terungkap belakangan ini mencuatkan keprihatinan luas dari berbagai pihak, mulai dari parlemen hingga akademisi. Ketua DPR RI Puan Maharani menyebut fenomena ini sebagai bentuk kejahatan ekonomi yang merugikan rakyat kecil dan merusak kepercayaan publik terhadap sistem distribusi pangan nasional. “Rakyat jangan menjadi korban dari pasar yang tidak jujur. Apalagi di tengah tekanan ekonomi, praktik curang seperti ini adalah bentuk pembohongan publik,” tegas Puan seperti dikutip Kompas.com   (14/7/2025). Ia mendesak negara untuk bertindak tegas melawan mafia pangan dan pelaku usaha nakal yang melanggar etika dan hukum. Puan menekankan bahwa masalah ini tidak semata-mata soal perdagangan, melainkan menyangkut hak dasar masyarakat atas pangan yang layak, aman, dan jujur secara informasi. Ia menyerukan reformasi sistem pelabelan dan pengawasan mu...

"Jejak Pangan di Dunia yang Berubah - Bagian 3: Masa Depan Pangan Dunia"

MENJUAL HARAPAN - Di tengah perubahan besar dalam sistem pangan global, dunia kini menghadapi tantangan baru yang semakin kompleks. Tahun 2025 menjadi titik balik bagi banyak negara dalam menentukan arah kebijakan pangan mereka. Dari desa kecil di Indonesia hingga pusat inovasi di Eropa, semua pihak berusaha mencari solusi untuk memastikan ketahanan pangan yang berkelanjutan. Teknologi dan Inovasi dalam Pangan Di sebuah laboratorium di Singapura, para ilmuwan sedang mengembangkan daging sintetis berbasis sel yang dapat diproduksi tanpa harus bergantung pada peternakan konvensional. Teknologi ini disebut sebagai salah satu solusi untuk mengurangi dampak lingkungan dari industri pangan (lihat: www.smart.-tbk.com ). Sementara itu, di Indonesia, pemerintah mulai mengadopsi teknologi pertanian presisi yang memungkinkan petani seperti Arif untuk meningkatkan hasil panen mereka dengan penggunaan sumber daya yang lebih efisien (lihat: kompasiana.com ). Arif kini tidak hanya mengandalkan meto...

"Jejak Pangan di Dunia yang Berubah - Bagian 2: Harapan di Tengah Krisis"

MENJUAL HARAPAN - Di tengah kecemasan yang melanda petani seperti Arif, sebuah harapan mulai muncul. Pemerintah Indonesia baru saja mengumumkan alokasi anggaran sebesar Rp139,4 triliun untuk ketahanan pangan pada tahun 2025 (lihat: djpb.kemenkeu.go.id ). Langkah ini bertujuan untuk memastikan ketersediaan pangan yang cukup, terjangkau, dan berkualitas bagi seluruh masyarakat. Namun, apakah kebijakan ini cukup untuk mengatasi tantangan yang dihadapi petani kecil? Arif masih harus berhadapan dengan harga pupuk yang tinggi dan perubahan cuaca yang semakin tidak menentu. Di desa tempatnya tinggal, beberapa petani mulai beralih ke metode pertanian organik dan sistem irigasi hemat air, sebuah langkah yang didukung oleh program pemerintah untuk adaptasi terhadap perubahan iklim. Di sisi lain dunia, Sofia melihat perubahan besar dalam industri pangan. Perusahaan-perusahaan besar mulai menerapkan teknologi blockchain untuk memastikan transparansi dalam rantai pasokan makanan. Konsumen semakin ...

Menjamin Ketahanan Pangan di Indonesia: Tantangan dan Kebijakan Strategis

  MENJUAL HARAPAN - Ketahanan pangan tidak hanya berkaitan dengan ketersediaan pangan, akan tetapi aksesibilitas, stabilitas, dan pemanfaatan pangan yang berkualitas. Indonesia sebagai negara agraris memiliki potensi besar dalam produksi pangan, namun masih menghadapi berbagai tantangan seperti konversi lahan pertanian, ketergantungan pada impor, serta dampak perubahan iklim terhadap produktivitas pertanian. Tantangan Ketahanan Pangan di Indonesia Konversi Lahan Pertanian Lahan pertanian di Indonesia mengalami penurunan signifikan akibat alih fungsi menjadi kawasan industri dan pemukiman. Data menunjukkan bahwa konversi lahan pertanian mencapai 100.000-150.000 hektare per tahun (lihat: kumparan.com ), yang berdampak pada penurunan produksi pangan. Ketergantungan pada Impor Pangan Meskipun Indonesia memiliki potensi besar dalam produksi pangan, beberapa komoditas seperti gandum, kedelai, dan daging masih bergantung pada impor. Hal ini meningkatkan kerentanan terhadap fluktuasi har...