Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dengan label zaken cabinet

TULI

Sejenak, kurebahkan badan melongok ke atas "bilik-bilik" langit mengintip harapan dan impian Sejenak, ku tengok ke belakang kenyataan seabreg soal, tetus menghimpit menengok kegalauan alam pikir Jiwa-jiwa yang kerdil menghamba dalam kaya raya, dan duka nestapa merajut hamparan impian di padang kesuburan alam Indonesia Kicau-kicau burung mencari, menetik biji "salju" tuk kehidupan menjerit, meratap hanya cari seonggah air kehidupan di negerinya Nun jauh disana: istana-istana, gedung-gedung megah yang sejatinya mengabdi kehidupannya untuk rakyat angkuh seribu sikap perilaku Berkicau, berbusa-busa atas nama rakyat tanpa kesungguhan di balik kursi-kursi "empuknya" kekuasaan Wahai para prmimpin negeri ini senda gurau kalian, jeritnya di kangit-langut jingga: rakyat tak terdengar, terbungkus kemewahan keangkuhan, jumawa, dengan setumpuk kerakusan dan keserakahan Terbius urat nadi kekuasaan, untuk kekuasaan Go to hell rakyat aku dah...

KABINET KERJA

Ilustrasi Kabinet Kerja (foto hasil tangkapan layar dari id.wikipedia.org) Oleh Silahudin*) KERINDUAN publik atas penyelenggaraan pemerintahan yang efektif, tampaknya telah menjadi keniscayaan tak bisa ditutupi. Hal ini terjadi karena selama pemerintahan koalisi partai-partai (era reformasi), selalu terulang transaksional dalam “tarik menarik” jabatan politis strategis. Politik transaksional dalam mengisi jabatan menteri, atmosfernya selama ini terus menerus "mengotori" udara politik nasional yang secara sadar atau tidak membawa dampak atas apatisme rakyat terhadap pemerintahan. Itu sebabnya, nomenklatur kabinet kerja (zaken cabinet) hari-hari ini terus didengung-dengungkan oleh kehendak publik. Keinginan publik terhadap presiden terpilih, sejatinya tidak terjebak pada “permainan politik” bagi-bagi kursi menteri semata, tetapi dalam mengarsiteki kabinetnya didasarkan atas kualifikasi kompetensi dan profesionalitas untuk pos-pos menterinya. Perlu diingat, selama ini era refo...