MENJUAL HARAPAN - Di tengah riuh rendah politik elektoral yang kerap dipenuhi jargon dan kalkulasi elektabilitas, pidato Megawati Soekarnoputri dalam Kongres VI PDI Perjuangan di Badung, Bali, menghadirkan jeda reflektif yang langka. Ia tidak bicara tentang kemenangan, kursi, atau strategi kampanye. Ia bicara tentang kesadaran, keberpihakan, dan keberanian untuk melakukan kritik otokritik. Dalam ruang yang disebutnya sebagai candradimuka ideologis , Megawati mengajak kader untuk kembali ke akar , yakni menyatu dengan rakyat, bukan sekadar tampil di panggung politik. Pernyataan “Saya tidak butuh kader yang hanya pandai beretorika” bukan sekadar teguran internal. Ia adalah kritik terhadap praktik politik yang kehilangan makna. Retorika tanpa kerja nyata merupakan bentuk pengkhianatan terhadap ideologi partai dan harapan rakyat. Dalam konteks ini, Megawati menempatkan politik bukan sebagai seni memenangi kekuasaan, melainkan sebagai praksis etis yang lahir dari pengalaman rakyat dan ...
Berbagi setetes info, menuai pengetahuan