Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dengan label pengetahuan

Sistem Publikasi yang Mengejar Angka, Bukan Substansi

MENJUAL HARAPAN -  SERINGKALI terdengar keluh kesah, “kok kita yang menulis, kita yang harus membayar?” Itulah substansi yang dirasakan para penulis artikel ilmiah di jurnal. Memang, hal ini bukan sekadar masalah biaya, melainkan gejala dari sebuah sistem yang lebih besar dan bermasalah. Perubahan model ekonomi jurnal, pada kenyataannya, tidak serta-merta meningkatkan kualitas. Justru sebaliknya, hal itu diperparah dengan logika kutipan yang mengerdilkan makna dan hanya mengejar angka, bukan substansi.   Ketika Jurnal Menjadi Mesin Uang Tampaknya roda zaman berputar, dan model bisnis penerbitan jurnal pun ikut berubah drastis. Kini, kita disuguhkan dengan pemandangan yang terbalik 180 derajat, penulis, alih-alih dibayar, justru diwajibkan membayar sejumlah biaya publikasi yang dikenal sebagai Article Processing Charges (APC). Hal ini memunculkan pertanyaan mendasar, mengapa penulis sekarang harus merogoh kocek demi karyanya sendiri? Pergeseran ini tidak datang tiba-tiba tanpa ...

Menulis untuk Dunia, Melupakan Bangsa Sendiri?

MENJUAL HARAPAN -  MENULIS,  tampak tidak bisa dihindari menjadi tuntutan profesional seseorang sebagai tenaga pengajar atau dosen. Dan "kegilaannya" jurnal Scopus menjadi penanda keunggulan akademik, namun kita perlu bertanya ulang: apakah publikasi kita masih berbicara tentang masyarakat kita sendiri? Tak terbayangkan, misalnya seorang akademisi muda dari pelosok Nusantara yang meneliti kearifan lokal tentang pengelolaan air oleh komunitas adat. Penelitian tersebut, kaya makna dan relevansi. Akan tetapi, manakalah ia hendak menerbitkannya, muncul tuntutan agar ditulis dalam bahasa Inggris, dengan gaya akademik Barat, dan fokus pada “novelty”, bukan keberlanjutan pengetahuan, atau dampaknya bagi masyarakat. Selanjutnya, substansi isi penelitian dirombak demi menyesuaikan dengan selera jurnal internasional. Yang tersisa hanyalah jejak data kering, tak lagi mengandung denyut hidup lokal. Fenomena tersebut, tentu saja bukan kasus tunggal. Di berbagai kampus, orientasi "pub...

Kegagalan Misi Bulan iSpace: Tantangan Pendaratan Swasta

                                                       Foto hasil tangkapan dari website https://www.antaranews.com  MENJUAL HARAPAN - Perusahaan antariksa Jepang, iSpace, mengalami kegagalan dalam misi pendaratan di bulan keduanya pada 6 Juni 2025. Wahana pendarat Resilience kehilangan komunikasi selama manuver penurunan dari ketinggian 100 kilometer, yang menyebabkan kegagalan pendaratan lunak di wilayah Mare Frigoris, atau "Lautan Dingin," di belahan utara bulan. Insiden ini menandai kemunduran signifikan bagi ambisi Jepang dalam eksplorasi antariksa swasta. Misi ini, diluncurkan dari Florida pada Januari 2025, dengan tujuan menjadikan iSpace sebagai perusahaan swasta pertama yang berhasil mendarat di bulan. Akan tetapi, masalah pada altimeter laser diduga menjadi penyebab utama kegagalan, mengganggu kemampuan wahan...