Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dengan label moral

Pendidikan, Kemana Arahnya

MENJUAL HARAPAN - Pendidikan seharusnya menjadi cahaya peradaban.  Ia adalah ruang pembebasan, tempat anak-anak belajar berpikir, merasakan, dan bermimpi. Akan tetapi, dalam realitas kenyataan hari ini, pendidikan justru menjadi lorong gelap yang membingungkan , tanpa arah, tanpa jiwa, dan tanpa keberpihakan. Di ruang kelas yang sempit, di sekolah yang kekurangan guru, dan di desa yang tak tersentuh sinyal, pendidikan menjadi beban.  Anak-anak belajar bukan karena ingin tahu, tetapi karena takut gagal. Guru mengajar bukan karena panggilan, tetapi karena tuntutan administratif. Sistem menekan, bukan membebaskan. Kurikulum nasional terlalu seragam, terlalu teknokratis, dan terlalu jauh dari kehidupan nyata.  Anak-anak di pegunungan belajar tentang kapal laut, anak-anak di pesisir belajar tentang salju. Konteks lokal diabaikan, pengalaman komunitas disingkirkan. Pendidikan menjadi abstraksi. Dalam dialog komunitas, orang tua sering berkata: “Anak saya pintar, tapi tak tahu b...

Hijrah, Keberanian Moral, dan Politik yang Beradab

Tahun Baru Hijriah 1447, telah tiba, dan h ijrah tak hanya catatan sejarah spiritual, namun juga lompatan etis dalam lanskap sosial-politik. Di tengah demokrasi yang kelelahan dan kekuasaan yang semakin menjauh dari nurani, Tahun Baru Hijriah 1447 H , menjadi momentum merenung dan berpindah , yaitu dari retorika menuju keberanian. Tentu bukan hanya sekedar pindah tempat, namun berpihak. Oleh karena selama ada sistem yang menjauhkan rakyat dari martabatnya, maka hijrah belum selesai. Perjalanan h ijrah Nabi Muhammad SAW dari Mekkah ke Madinah bukan hanya peristiwa fisik, tetapi tindakan moral-politik. Nabi SAW meninggalkan kota kelahirannya   bukan karena lemah, melainkan karena kuat menolak tunduk pada sistem yang menindas. Madinah bukan tujuan akhir, namun ruang terbuka untuk menyusun masyarakat baru , berbasis keadaban, kontrak sosial, dan penghormatan terhadap kemanusiaan lintas keyakinan. Piagam Madinah merupakan tonggak penting peradaban sipil. Dari sana tertulis prinsip-prins...

Pintu Gerbang - Sesi 2: Di Antara Jalan Sunyi dan Padang Kekuasaan

“Tak semua yang meninggalkan rumah, melarikan diri. Sebagian mencari ruang agar kebenaran bisa tumbuh tanpa dipenggal.” MENJUAL HARAPAN - Hari-hari setelah malam hijriah itu berjalan perlahan, namun tidak kosong. Dalam diam, keresahan menjelma menjadi obrolan, obrolan menjadi naskah, dan naskah menjadi siasat. Di antara mereka -- tiga jiwa muda yang terpantik cahaya malam--hadir tekad yang tak perlu diumumkan, yaitu: mereka akan berpindah dari keluh menjadi gerak. Di kampus, di bawah bayang mural pahlawan dan kutipan slogan usang, mereka bertiga menyusun semacam “rumah baca jalanan”—bukan untuk menyaingi kelas, tapi untuk memberi ruang bagi wacana yang ditutup di ruang resmi. Buku-buku Pramoedya, karya Ali Shariati, tafsir sosial Al-Attas, hingga pamflet-pamflet kecil dari desa dampingan, bertebaran di meja kayu panjang di lorong fakultas. “Hijrah bukan soal tempat,” kata si mahasiswi hukum, suaranya menyusup di antara percakapan. “Ini tentang keberpihakan. Kalau kita tetap di dalam si...

“Mun Kiruh Ti Girang Komo Ka Hilirna”, Refleksi Dalam Pergulatan Kehidupan

MENJUAL HARAPAN – Suatu tatanan kehidupan berbagai aspek atau dimensi, sangat penting. Tatanan yang baik memberikan kontribusi yang baik pula, sebaliknya tatanan yang buruk atau tidak baik, begitu juga. Oleh karena itu, bangunan “institusi” kehidupan yang eksis dewasa ini, baik dalam soal politik, ekonomi dan hukum, merupakan cerminan tatanan yang dibangun oleh kelompok masyarakat.  Bahkan dalam bangunan yang mewujud, secara sadar atau tidak cerminan dari pergulatan interaksi kepentingan-kepentingan kelompok masyarakat yang disepakati (consensus). Dalam tataran peribahasa Sunda ada yang dinamakan dengan “mun kiruh ti girang, komo ka hilirna”. Arti harfiah peribahasa Sunda ini adalah jika keruh dari hulu, maka akan semakin keruh ke hilir.  Peribahasa Sunda tersebut juga bisa ditarik secara kiasan, yaitu: jika pemimpin atau kondisi awal sudah buruk, maka keadaan selanjutnya semakin memburuk. Tesis ini saya menyebutnya, menarik untuk ditelisik dalam pergulatan pergaualan berbaga...