Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dengan label budaya organisasi

Fraud Institusional: Membiarkan Ketidakjujuran Berakar

  MENJUAL HARAPAN  –  Fraud   institusional bukan sekadar tindakan individu yang menyimpang, melainkan bentuk penyimpangan yang telah menyatu dalam struktur dan budaya organisasi. Ia bukan lagi “penyakit” yang menyerang dari luar, tetapi telah menjadi bagian dari DNA institusi itu sendiri. Dalam konteks Indonesia, fenomena ini menjelma dalam bentuk korupsi yang terstruktur, manipulasi anggaran, dan pembiaran terhadap praktik-praktik tidak etis yang berlangsung secara sistemik. Menurut survei  Association of Certified Fraud Examiners (ACFE)  Indonesia, jenis fraud yang paling merugikan di Indonesia adalah korupsi, dengan persentase mencapai 64% dari seluruh kasus yang teridentifikasi. Ini menunjukkan bahwa fraud bukan hanya terjadi secara sporadis, tetapi telah menjadi pola yang berulang dan diterima secara sosial dalam banyak institusi. Ketika penyimpangan menjadi kebiasaan, maka kita sedang berhadapan dengan fraud institusional. Sosiolog Robert K. Merton p...

Budaya Organisasi, Bukan Sekadar Logo

  Diadaptasi dari:  Edgar H. Schein (2010). Organizational Culture and Leadership , 4th Edition. Oleh: Silahudin MENJUAL HARAPAN - Kita sering bicara soal budaya organisasi seolah itu hanya soal “nilai-nilai” di dinding kantor. Tapi menurut Edgar H. Schein, itu baru permukaan. Dalam bukunya yang legendaris, Organizational Culture and Leadership , Schein menjelaskan bahwa budaya adalah “asumsi bawah sadar” yang membentuk cara kita bekerja, berpikir, dan berinteraksi. Tidak kelihatan, tapi terasa. Schein membagi budaya organisasi ke dalam tiga lapisan: artefak  (yang terlihat), nilai yang diungkapkan , dan asumsi dasar yang tidak disadari . Artefak bisa berupa seragam, ruang kerja terbuka, atau jargon perusahaan. Nilai yang diungkapkan adalah slogan seperti “pelayanan terbaik untuk pelanggan.” Tapi yang paling menentukan adalah asumsi dasar: apakah orang percaya bahwa pelanggan harus dilayani dengan sepenuh hati—atau hanya saat bos melihat. Budaya itu tidak lahir tiba-tiba....