Langsung ke konten utama

Kegagalan Misi Bulan iSpace: Tantangan Pendaratan Swasta


                                            Foto hasil tangkapan dari website https://www.antaranews.com 


MENJUAL HARAPAN - Perusahaan antariksa Jepang, iSpace, mengalami kegagalan dalam misi pendaratan di bulan keduanya pada 6 Juni 2025. Wahana pendarat Resilience kehilangan komunikasi selama manuver penurunan dari ketinggian 100 kilometer, yang menyebabkan kegagalan pendaratan lunak di wilayah Mare Frigoris, atau "Lautan Dingin," di belahan utara bulan. Insiden ini menandai kemunduran signifikan bagi ambisi Jepang dalam eksplorasi antariksa swasta.

Misi ini, diluncurkan dari Florida pada Januari 2025, dengan tujuan menjadikan iSpace sebagai perusahaan swasta pertama yang berhasil mendarat di bulan. Akan tetapi, masalah pada altimeter laser diduga menjadi penyebab utama kegagalan, mengganggu kemampuan wahana untuk mengukur jarak ke permukaan bulan. Tim iSpace kini sedang menganalisis data untuk memahami penyebab pasti dan mencegah kegagalan serupa di masa depan.

Kegagalan ini menjadi tantangan besar dalam misi pendaratan di bulan, terutama bagi perusahaan swasta yang beroperasi dengan anggaran lebih terbatas dibandingkan badan antariksa nasional seperti NASA. 

Sebelumnya, iSpace juga gagal pada misi pertamanya di 2023, menjadikan insiden ini pukulan berat bagi reputasi perusahaan. Meski begitu, iSpace tetap optimistis dan berencana meluncurkan misi berikutnya dalam beberapa tahun mendatang.

Pakar antariksa menilai bahwa kegagalan ini mencerminkan kompleksitas teknis dalam pendaratan lunak, yang memerlukan presisi tinggi dalam navigasi dan kontrol. Persaingan global di sektor antariksa swasta semakin ketat, dengan perusahaan seperti SpaceX dan Blue Origin juga berlomba untuk mencapai terobosan serupa. Kegagalan iSpace menjadi pengingat bahwa eksplorasi bulan tetap merupakan tantangan teknologi yang signifikan.

Meskipun menghadapi kegagalan, iSpace mendapat dukungan dari pemerintah Jepang, dan mitra internasional untuk melanjutkan pengembangan teknologi antariksa. Keberhasilan misi mendatang akan krusial untuk membuktikan bahwa sektor swasta dapat memainkan peran penting dalam eksplorasi luar angkasa, sekaligus mendukung ambisi global untuk membangun kehadiran permanen di bulan.(Sjs-267)

Sumber: antaranews.com, informasi dari unggahan X


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pesan RUU Perampasan Aset, Menata Hak Publik

Oleh Silahudin SALAH  satu poin krusial tuntutan unjuk rasa sejak 25 Agustus 2025 yang lalu, adalah soal Rancangan Undang-Undang Perampasan Aset. RUU ini, memang sudah jauh-jauh hari diusulkan pemerintah, namun tampaknya masih belum menjadi prioritas prolegnas. Di tengah meningkatnya tuntutan publik seperti dalam 17+8 tuntutan rakyat, RUU ini menjadi salah satu poin tuntutannya yang harus dijawab sungguh-sungguh oleh pemerintah dan DPR. RUU Perampasan Aset dalam tuntutan tersebut diberi tenggang waktu target penyelesaaiannya dalam kurun waktu satu tahun, paling lambat 31 Agustus 2026 (Kompas.id, 3/9/2025). RUU Perampasan Aset, tentu merupakan bagian integral yang menjanjikan reformasi struktural dalam penegakan hukum yang berkeadilan. Selama ini, aset hasil kejahatan, terutama korupsi dan kejahatan ekonomi, tidak jelas rimbanya. RUU ini tampak visioner dimana menawarkan mekanisme perampasan aset tanpa pemidanaan, sebuah pendekatan yang lebih progresif dan berpihak pada kepentingan ...

MENTERTAWAKAN NEGERI INI

Oleh: Silahudin MENJUAL HARAPAN - Mentertawakan negeri ini bukan karena kita tak cinta. Justru karena cinta itu terlalu dalam, hingga luka-lukanya tak bisa lagi ditangisi. Maka tawa menjadi pelipur, menjadi peluru, menjadi peluit panjang di tengah pertandingan yang tak pernah adil. Negeri ini, seperti panggung sandiwara, di mana aktor utamanya tak pernah lulus audisi nurani. Di ruang-ruang kekuasaan, kita menyaksikan para pemimpin berdialog dengan teleprompter, bukan dengan hati. Mereka bicara tentang rakyat, tapi tak pernah menyapa rakyat. Mereka bicara tentang pembangunan, tapi tak pernah membangun kepercayaan. Maka kita tertawa, bukan karena lucu, tapi karena getir yang terlalu lama dipendam. Pendidikan, katanya, adalah jalan keluar. Tapi di negeri ini, sekolah adalah lorong panjang menuju penghapusan imajinasi. Anak-anak diajari menghafal, bukan memahami. Mereka diuji untuk patuh, bukan untuk berpikir. Guru-guru digaji dengan janji, sementara kurikulum berganti seperti musim, tanpa...

Menjadi Wakil Rakyat Tidak Hanya Terpilih, Tapi Teruji

MENJUAL HARAPAN - Pemilihan umum merupakan gerbang masuk menuju ruang representasi, tetapi bukan jaminan bahwa seseorang telah siap menjadi wakil rakyat. Terpilih adalah pengakuan elektoral, sementara teruji adalah proses etis dan reflektif yang berlangsung sepanjang masa jabatan. Dalam konteks DPRD, menjadi wakil rakyat yang teruji berarti menjalankan fungsi kelembagaan dengan integritas, keberpihakan, dan kesadaran akan dampak sosial dari setiap keputusan. Demokrasi lokal membutuhkan wakil rakyat yang tidak hanya hadir secara politik, tetapi juga secara moral. Seperti dikemukakan oleh Max Weber (1919), “Politik yang bermakna adalah politik yang dijalankan dengan tanggung jawab, bukan dengan ambisi.” Maka, keterpilihan harus diikuti dengan proses pembuktian: apakah wakil rakyat mampu menjaga etika, mendengar publik, dan berpihak pada keadilan. Fungsi DPRD mencakup legislasi, penganggaran, dan pengawasan. Ketiganya menuntut kapasitas analitis, keberanian politik, dan komitmen etis. Ter...