Langsung ke konten utama

Menulis untuk Dunia, Melupakan Bangsa Sendiri?




MENJUAL HARAPAN - MENULIS,  tampak tidak bisa dihindari menjadi tuntutan profesional seseorang sebagai tenaga pengajar atau dosen. Dan "kegilaannya" jurnal Scopus menjadi penanda keunggulan akademik, namun kita perlu bertanya ulang: apakah publikasi kita masih berbicara tentang masyarakat kita sendiri?

Tak terbayangkan, misalnya seorang akademisi muda dari pelosok Nusantara yang meneliti kearifan lokal tentang pengelolaan air oleh komunitas adat. Penelitian tersebut, kaya makna dan relevansi. Akan tetapi, manakalah ia hendak menerbitkannya, muncul tuntutan agar ditulis dalam bahasa Inggris, dengan gaya akademik Barat, dan fokus pada “novelty”, bukan keberlanjutan pengetahuan, atau dampaknya bagi masyarakat. Selanjutnya, substansi isi penelitian dirombak demi menyesuaikan dengan selera jurnal internasional. Yang tersisa hanyalah jejak data kering, tak lagi mengandung denyut hidup lokal.

Fenomena tersebut, tentu saja bukan kasus tunggal. Di berbagai kampus, orientasi "publish or perish" mendorong para dosen, dan peneliti untuk mengejar akreditasi berbasis Scopus. Bahkan, institusi pemerintah pun mengukuhkan ini sebagai tolok ukur produktivitas. Dampaknya, kita terjebak dalam logika kutipan dan indeksasi, bukan kedalaman dan relevansi.

Saya, tidak anti-Scopus. Internasionalisasi ilmu penting. Namun, bila standar global menjadi satu-satunya rujukan mutu, maka kita sedang menyingkirkan keunikan konteks kita sendiri. Kita menulis untuk dunia, namun sering tak lagi menulis dari dan untuk Indonesia.

Bahkan, bahasa, gaya penulisan, dan tema yang dianggap “layak jual” di jurnal internasional, sering kali tidak memberi ruang bagi pendekatan reflektif, naratif, atau berbasis kearifan lokal. Banyak gagasan brilian dari akademisi Indonesia, namun mandek karena tidak sesuai dengan selera editorial global. Ini bukan sekadar soal teknis, tapi soal keadilan epistemik.

Tampaknya, sudah waktunya kita meneguhkan posisi bahwa internasionalisasi bukan berarti harus menyeragamkan bahasa berpikir. Justru keberagaman perspektif, dan lokalitas merupakan kekayaan akademik dunia. Pemerintah, kampus, dan komunitas ilmuwan, perlu menciptakan insentif baru, yang menghargai jurnal nasional, pendekatan kontekstual, dan dampak sosial pengetahuan.

Oleh karena, ilmu bukan sekadar soal terindeks atau tidak. Ia tentang bagaimana kita memahami, menafsir, dan mengubah kenyataan. Kenyataan bangsa ini tak bisa selalu dikisahkan dalam format yang disukai pasar akademik global. Kadang, ia butuh bahasa sendiri, dan keberanian untuk menyuarakannya. (Silahudin Dosen FISIP UNNUR)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tata Cara dan Tahapan RPJPD, RPJMD, dan RKPD dalam Sistem Pemerintahan Daerah Indonesia: Kajian Normatif dan Partisipatif

Silahudin Dosen FISIP Universitas Nurtanio Bandung MENJUAL HARAPAN - PERENCANAAN pembangunan daerah merupakan instrumen strategis dalam mewujudkan kesejahteraan masyarakat melalui tata kelola pemerintahan yang demokratis, efisien, dan berkeadilan. Dalam konteks Indonesia, sistem ini diatur secara normatif melalui Undang-Undang No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah dan diperinci dalam Permendagri No. 86 Tahun 2017. Undang-undang tersebut menegaskan bahwa perencanaan pembangunan daerah terdiri atas tiga dokumen utama: Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD), Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD), dan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD). Ketiganya disusun secara berjenjang, partisipatif, dan berorientasi hasil (UU No. 23/2014, Pasal 258). RPJPD merupakan dokumen perencanaan pembangunan daerah untuk jangka waktu 20 tahun. Ia berfungsi sebagai arah strategis pembangunan daerah yang selaras dengan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN). RPJPD d...

Persita Tangerang Gulingkan Trend Positif PSIM Yogyakarta

  MENJUAL HARAPAN - Pekan kedelapan BRI Super League 2025/2026, menjadi momen keberuntungan Persita Tangerang saat menjamu tim PSIM Yogyakarta yang berlangsung di Stadion Indomilk Arena, Tangerang, Jumat (17/10/2025). Pendekar Cisadane menggulingkan trend positif PSIM Yogyakarta dengan kemenangan 4-0. Eber Bessa menggolkan gol pembuka atas operan pemain setimnya Rayco Rodriguez   pada menit ke 23. K edudukan 1-0 ini tidak alami perubahan lagi hingga pertandingan turun minum. U sai istirahat, kedua kesebelasan kembali ke lapangan, tuan rumah Persita Tangerang yang sementara sudah unggul 1-0 atas PSIM Yogayarkta, tampak aksi-aksi serangannya terus menekan pertahanan tim lawan. S erangan demi serangan para pemain Pendekar Cisadane ini akhirnya kembali membobol gawang kiper PSIM pada meint ke-70 yang dicetak oleh Rayco Rodriguez . S udah unggul 2 gol, Persita Tangerang makin agresif melakukan serangan demi serangannya, kendati para pemain PSIM berusaha menghadangnya, namun hadanga...

Potret 1 Tahun Pemerintahan Prabowo-Gibran: Antara Harapan dan Keraguan Publik

Sumber: setneg.go.id Oleh Silahudin Dosen FISIP Universitas Nurtanio Bandung MENJUAL HARAPAN - Satu tahun pemerintahan Prabowo-Gibran telah menjadi panggung dinamis bagi eksperimen kebijakan, diplomasi global, dan pertarungan persepsi publik. Laporan INDEF bertajuk “Rapor Netizen” mengungkapkan lanskap digital yang penuh sorotan, kritik, dan harapan. Dari reshuffle kabinet hingga program makan bergizi gratis, netizen menjadi aktor penting dalam menilai efektivitas dan etika pemerintahan. Presiden Prabowo menunjukkan orientasi geopolitik yang berbeda dari pendahulunya. Hampir 70% kunjungannya adalah lawatan ke luar negeri, berbanding terbalik dengan Jokowi yang 75% kunjungannya fokus ke dalam negeri. Prabowo tampak ingin menegaskan posisi Indonesia sebagai pemain strategis di tiga benua: Asia, Eropa, dan Amerika. Namun, di dalam negeri, dinamika politik tak kalah intens. Tiga kali reshuffle kabinet dalam satu tahun, melibatkan 10 pejabat setingkat menteri, menjadikan Prabowo sebagai pr...