Langsung ke konten utama

RAMPOK

 


MENJUAL-HARAPAN - RAMPOK. Sebuah kata yang merentang lebih dari sekadar aksi fisik. Di negeri khatulistiwa ini, ia menjelma bayangan, menari di setiap lini kehidupan, dari bilik kekuasaan hingga relung paling sunyi. Ia adalah bisikan iblis dalam hati manusia, resonansi kehampaan moral yang menggema di setiap sendi bangsa. Mari kita bedah "RAMPOK" dalam mozaik dimensi Indonesia, menelusuri jejak-jejaknya yang samar namun menghancurkan.

Arang di Wajah Demokrasi

Di panggung politik, RAMPOK adalah bisikan janji palsu yang menggaung di balik dinding-dinding parlemen. Ia bukan sekadar tangan-tangan tak kasat mata yang merogoh kas negara, melainkan virus korupsi yang menyusup ke inti saraf pemerintahan, mengubah setiap idealisme menjadi racun, setiap amanah menjadi tumpukan arang. Demokrasi yang seharusnya menjadi taman keadilan, kini kering kerontang, ditinggalkan oleh embun nurani yang telah lama mengering.

Ia adalah topeng-topeng gagah yang di baliknya menyembunyikan wajah serigala lapar, siap mencabik-cabik janji manis demokrasi hingga tak bersisa. Kata-kata indah tentang keadilan dan kesejahteraan hanyalah syair kosong yang diucapkan di atas panggung sandiwara, sementara di balik layar, keserakahan merajai. Politik yang seharusnya menjadi alat untuk melayani, kini menjelma labirin gelap tempat kepentingan pribadi merajalela, membiarkan rakyat terjerat dalam jaring-jaring kepalsuan.

Pada akhirnya, RAMPOK di ranah politik adalah pengkhianatan paling mendalam terhadap cita-cita luhur bangsa. Ia adalah retakan di fondasi negara, yang pelan tapi pasti, akan menghancurkan bangunan kebersamaan jika tak segera diisi kembali dengan kejujuran dan integritas. Inilah luka abadi yang menggores wajah demokrasi, sebuah noda hitam yang terus menganga, menunggu sentuhan penawar yang tak kunjung datang.

Pedang Keadilan yang Tumpul

Dalam ranah hukum, RAMPOK berwujud timbangan yang miring, berat sebelah oleh gravitasi uang dan kuasa, bukan oleh bobot kebenaran. Ia bukan sekadar manipulasi pasal, melainkan gelombang pasang yang menenggelamkan kebenaran ke dasar lumpur, membiarkan yang bersalah melenggang bebas sementara yang lemah terjerat dalam belitan benang kusut yang tak berujung. Hukum yang seharusnya menjadi benteng pelindung, kini rapuh, luluh lantak di hadapan godaan materi.

Bayangkan pedang keadilan yang berkarat, tak mampu lagi membelah kabut ketidakadilan. Kilau tajamnya telah pudar, digantikan oleh noda-noda kompromi yang mematikan integritasnya. Ruang-ruang pengadilan, yang seharusnya menjadi kuil keadilan, terkadang menjelma menjadi sarang laba-laba yang hanya menjebak lalat-lalat kecil, sementara tawon-tawon besar dengan sayap uang terbang bebas menembusnya, meninggalkan jejak-jejak kekecewaan yang mendalam.

Keadilan, dalam cengkeraman RAMPOK ini, hanyalah ilusi, fatamorgana di gurun hukum. Ia adalah suara bisu dari jeritan hati yang terinjak, sebuah puisi pilu tentang harapan yang sirna. Inilah tragedi yang menimpa hukum, ketika nurani penegaknya telah digadaikan, meninggalkan sistem yang seharusnya agung, kini hanya menjadi alat bagi kepentingan segelintir orang.

Taring-Taring Kapitalisme yang Lapar

Di ranah ekonomi, RAMPOK adalah taring-taring kapitalisme yang lapar, menggerogoti aset-aset negara dan mengeruk kekayaan alam tanpa jejak tanggung jawab. Ia bukan hanya monopoli, melainkan jaring-jaring raksasa yang menangkap ikan-ikan kecil, hanya menyisakan remah-remah bagi mereka yang berjuang, sementara ikan-ikan besar berenang bebas dalam lautan kemewahan.

Perekonomian yang seharusnya inklusif, kini dikangkangi oleh tangan-tangan rampok yang tak pernah kenyang. Ia adalah pusaran air di lautan bisnis, menarik semua ke bawah, hanya menyisakan kehampaan bagi yang tak berdaya. Modal yang seharusnya menjadi penggerak kesejahteraan, justru menjadi alat penindasan, menciptakan disparitas yang semakin lebar antara si kaya dan si miskin.

RAMPOK ekonomi adalah pengebirian potensi bangsa, ketika kekayaan hanya berputar di lingkaran segelintir elit, mematikan inovasi dan semangat wirausaha. Ia adalah belenggu tak terlihat yang membatasi mimpi dan aspirasi rakyat, sebuah kisah tentang ketidakadilan struktural yang mengikis pondasi keadilan ekonomi. Inilah ironi di mana kemakmuran segelintir orang dibangun di atas penderitaan jutaan lainnya.

Luka Menganga di Tubuh Bangsa

Di tataran sosial, RAMPOK adalah parasit tak kasat mata yang menghisap sari kehidupan rakyat kecil, meninggalkan mereka dalam kepedihan dan keputusasaan. Ia bukan hanya jurang pemisah, melainkan luka menganga di tubuh bangsa, yang terus mengalirkan darah kesenjangan dan ketidakadilan, akibat penjarahan sumber daya yang tak adil dan merata. Empati seolah mati suri, dan nurani membeku dalam dinginnya keserakahan.

Bayangkan darah yang tercecer dari luka menganga di tubuh bangsa, setiap tetesnya adalah air mata dan keringat rakyat jelata yang ditindas. Ia adalah benalu yang tumbuh subur di pohon persatuan, perlahan mencekik dahan-dahan kemanusiaan, mengubah kebersamaan menjadi fragmen-fragmen keterasingan. Harapan-harapan muda layu sebelum mekar, tercekik oleh ketidakpastian masa depan yang diwariskan oleh para penjarah.

Inilah kisah pilu tentang rakyat yang tak berdaya, ketika kebaikan dan kebersamaan seolah terenggut oleh tangan-tangan tak bertanggung jawab. Kesejahteraan yang diidamkan, kini direnggut oleh tangan-tangan rampok yang tak mengenal batas. Ia adalah senandung duka dari jiwa-jiwa yang terpinggirkan, sebuah pengingat abadi bahwa kemanusiaan sedang diuji, digoyahkan oleh badai rampok yang tak kunjung reda.

Racun di Paru-Paru Ibu Pertiwi

Dalam lingkup lingkungan, RAMPOK adalah nafsu tak terkendali yang merobek hijau hutan dan mengeruhkan biru laut, sebuah kebrutalan yang tanpa segan menancapkan luka di setiap jengkal tanah. Ia bukan sekadar jejak-jejak serakah, melainkan racun yang disuntikkan ke paru-paru Ibu Pertiwi, perlahan membunuhnya, mengubah setiap hembusan nafas segar menjadi sesak dan kepedihan.

Bayangkan lidah-lidah api yang melahap surga tropis, mengubah kemegahan hutan menjadi abu dan kehampaan. Pepohonan menjerit dalam diam, sungai-sungai menangis kekeringan, dan udara dipenuhi dengan aroma kemusnahan. Kekayaan alam yang seharusnya lestari, kini dijarah habis-habisan, demi keuntungan sesaat yang membutakan mata nurani. Lingkungan yang seharusnya menjadi warisan abadi, kini sekarat dalam cengkeraman tangan-tangan rampok.

Inilah elegi tentang kehancuran, ketika keindahan alam ditumbalkan di atas altar keserakahan. Ia adalah kisah tentang ekosistem yang rapuh, hancur lebur oleh tangan-tangan yang tak peduli. RAMPOK lingkungan adalah bencana yang tak terlihat, namun dampaknya terasa nyata, mengancam masa depan anak cucu, meninggalkan bumi yang sakit dan tak lagi mampu memberi kehidupan.

Panggilan Bangkit dari Mimpi Buruk

RAMPOK bukan hanya sekadar istilah; ia adalah jeritan sunyi dari Ibu Pertiwi yang terluka, cerminan dari jiwa bangsa yang tengah diuji. Ia adalah simfoni kegelapan yang dimainkan oleh keserakahan, keangkuhan, dan ketidakadilan yang merasuk ke setiap serat kehidupan. Namun, di balik awan mendung ini, ada harapan yang membara.

Ini adalah panggilan untuk merenung, untuk menyelami kembali makna kejujuran dan integritas. Ini adalah seruan untuk bangkit, untuk memecah belenggu apatisme dan ketidakberdayaan. Mari bersama, dengan nurani yang tercerahkan dan keberanian yang menyala, merebut kembali cahaya di rimba Nusantara yang terenggut. Biarkan setiap langkah adalah perlawanan, setiap suara adalah kebenaran, agar mimpi buruk "RAMPOK" ini tak lagi menjadi takdir, melainkan hanya kenangan pahit yang menguatkan tekad kita untuk membangun Indonesia yang adil dan bermartabat. (Sjs_267)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tata Cara dan Tahapan RPJPD, RPJMD, dan RKPD dalam Sistem Pemerintahan Daerah Indonesia: Kajian Normatif dan Partisipatif

Silahudin Dosen FISIP Universitas Nurtanio Bandung MENJUAL HARAPAN - PERENCANAAN pembangunan daerah merupakan instrumen strategis dalam mewujudkan kesejahteraan masyarakat melalui tata kelola pemerintahan yang demokratis, efisien, dan berkeadilan. Dalam konteks Indonesia, sistem ini diatur secara normatif melalui Undang-Undang No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah dan diperinci dalam Permendagri No. 86 Tahun 2017. Undang-undang tersebut menegaskan bahwa perencanaan pembangunan daerah terdiri atas tiga dokumen utama: Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD), Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD), dan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD). Ketiganya disusun secara berjenjang, partisipatif, dan berorientasi hasil (UU No. 23/2014, Pasal 258). RPJPD merupakan dokumen perencanaan pembangunan daerah untuk jangka waktu 20 tahun. Ia berfungsi sebagai arah strategis pembangunan daerah yang selaras dengan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN). RPJPD d...

Persita Tangerang Gulingkan Trend Positif PSIM Yogyakarta

  MENJUAL HARAPAN - Pekan kedelapan BRI Super League 2025/2026, menjadi momen keberuntungan Persita Tangerang saat menjamu tim PSIM Yogyakarta yang berlangsung di Stadion Indomilk Arena, Tangerang, Jumat (17/10/2025). Pendekar Cisadane menggulingkan trend positif PSIM Yogyakarta dengan kemenangan 4-0. Eber Bessa menggolkan gol pembuka atas operan pemain setimnya Rayco Rodriguez   pada menit ke 23. K edudukan 1-0 ini tidak alami perubahan lagi hingga pertandingan turun minum. U sai istirahat, kedua kesebelasan kembali ke lapangan, tuan rumah Persita Tangerang yang sementara sudah unggul 1-0 atas PSIM Yogayarkta, tampak aksi-aksi serangannya terus menekan pertahanan tim lawan. S erangan demi serangan para pemain Pendekar Cisadane ini akhirnya kembali membobol gawang kiper PSIM pada meint ke-70 yang dicetak oleh Rayco Rodriguez . S udah unggul 2 gol, Persita Tangerang makin agresif melakukan serangan demi serangannya, kendati para pemain PSIM berusaha menghadangnya, namun hadanga...

Arema FC Sukses Bawa Pulang Tiga Poin dari Markas PSM Makasar

  MENJUAL HARAPAN - PSM Makasar di pekan kedelapan BRI Super League musim 2025/2026 menjamu Arema FC yang berlangsung tanding di Stadion Gelora BJ Habibie, pare-pare, Minggu (19/10/2025). K ick off babak pertama dimulai, PSM Makasar langsung tancap gas menekan pertahanan Arema FC, dan tekanan ke pertahanan Arema FC terus terjadi sehingga membuat para pemain Arema FC kewalahan menghadang gerakan para pemain PSM Makasar. S erangan demi serangan pemain tuan rumah yang terus terjadi di awal babak pertama ke pertahanan Singo Edan, akhirnya pertahanannya bobol juga pada menit ke-5. T uan rumah berhasil menggetarkan gawang kiper Arema FC yang dicetak oleh Victor Luiz. U nggul lebih dahulu, PSM Makasar tampak makin gereget untuk terus mencipta gol dengan aksi-aksi serangannya ke pertahanan Arema FC, namun hadangan demi hadangan para pemain Arema FC juga tidak kalah hebatnya menggagagalkannya. K edudukan 1-0 masih belum berubah hingga akhirnya babak pertama berakhir. B abak kedua dimulai, k...