HEADLINE
Mode Gelap
Artikel teks besar

Kalau Bumi Bisa Ngomong...

 


MENJUAL HARAPAN - Hari Bumi yang diperingati setiap 22 April, menjadi momentum refleksi tentang bagaimana manusia memperlakukan lingkungan. Sayangnya, kesadaran itu seringkali hanya sebatas simbolik-berakhir pada unggahan di media sosial tanpa perubahan nyata dalam perilaku. 

Gaya hidup kita, mulai dari konsumsi plastik sekali pakai, boros listrik, sampai abai terhadap sampah, mencerminkan satu hal: kita ini numpang hidup, tapi tingkahnya kayak bos kos-kosan yang gak tahu diri. 

Bumi, memang gak bisa protes langsung. Tapi dia kasih sinyal. Udara makin panas, musim makin gak menentu, banjir makin sering mampir. Semua ini bukan semata-mata “bencana alam”, tapi juga akumulasi dari pilihan kita sendiri. 

Data dari World Bank menyebutkan, Indonesia menyumbang sekitar 3,2 juta ton sampah plastik ke laut setiap tahun. Belum termasuk emisi kendaraan, pembakaran hutan, dan limbah rumah tangga yang terus meningkat. 

Ironisnya, saat dampaknya balik ke kita-banjir, polusi udara, kekeringan-kita sibuk nyalahin cuaca atau pemerintah, bukan nanya: “Saya sendiri udah ngapain?” 

Sering kali kita mikir, “Ah, saya cuma satu orang. Gak ngaruh.” Tapi justru karena semua orang mikir begitu, masalah lingkungan gak kunjung selesai. Padahal, ada banyak hal sederhana yang bisa jadi kontribusi nyata: 

  • Bawa kantong belanja sendiri 

  • Kurangi beli produk berkemasan plastik 

  • Matiin listrik saat gak dipakai 

  • Pilah sampah di rumah 

  • Gak buang makanan sembarangan 

Bukan soal jadi aktivis, tapi soal sadar. Bumi gak butuh kita jadi sempurna-cukup konsisten. 

Kalau Bimi bisa ngomong, mungkin dia bilang, “Gue ini udah cukup tua, tapi lo yang masih muda kok kelakuannya kayak gak bakal tua? 

Bumi bukan musuh. Dia rumah. Tapi rumah pun bisa ambruk kalau penghuninya asal pakai tanpa peduli. Jadi, di Hari Bumi ini, daripada cuma posting story dengan caption “Save the Earthpakai emoji daun, mending mulai dari hal yang bisa kamu lakuin hari ini. 

Setiap tahun, Hari Bumi dirayakan dengan berbagai kampanye digital. Tapi esensinya bukan di seberapa keren poster atau caption yang dibagikan, tapi seberapa nyata perubahan yang kita lakukan setelahnya. 

Kalau memang malu sama Bumi-malu karena udah numpang tapi ngerusak-maka perubahan harusnya gak berhenti di tanggal 22 April. 

Karena pada akhirnya, Bumi bisa hidup tanpa kita. Tapi kita gak bisa hidup tanpa dia.* 

Tutup Iklan