Langsung ke konten utama

Cermin di Balik Tumpukan

Ilustrasi seorang individu yang berdiri di antara dua gunungan sampah, memegang sebuah cermin bulat


MENJUAL HARAPAN - "Mengapa kita membicarakannya?" tanya sang Penanya, menatap tumpukan di hadapannya. Tumpukan itu bukan lagi sampah fisik, melainkan metafora yang hidup, bernapas dalam ruang imajinasi mereka. "Bukankah dia hanyalah sisa-sisa yang tidak lagi dibutuhkan?"

"Apakah begitu?" balas sang Penjelajah, mengamati dengan saksama. "Tidakkah dia pernah memiliki nilai? Pernahkah Anda berpikir tentang asal-usulnya, dari mana dia datang?"

Sang Penanya terdiam sejenak. "Dia datang dari apa yang kita pakai, dari apa yang kita konsumsi. Dia adalah akhir dari sebuah siklus."

"Tepat," ujar Penjelajah. "Namun, apakah akhir itu benar-benar akhir? Atau apakah dia adalah awal dari masalah baru, sebuah beban yang kita wariskan?"

"Beban yang tidak terlihat," Penanya merenung, "seperti kenangan buruk yang kita simpan, dendam yang tidak pernah kita buang. Dia menumpuk di dalam diri kita."

"Dan bagaimana kita memperlakukannya?" tanya Penjelajah, menggeser metafora tumpukan itu. "Apakah kita mengabaikannya? Menaruhnya di tempat yang jauh, berharap dia menghilang dengan sendirinya?"

"Kita mengemasnya dalam kantong-kantong, mengikatnya erat," jawab Penanya, "mencoba membuat ilusi bahwa dia tidak pernah ada."

"Tetapi aroma busuknya tetap tercium, kan?" Penjelajah menyela, "Sama seperti kebohongan kecil yang kita ucapkan, sama seperti ketidakjujuran yang kita sembunyikan. Dia pada akhirnya akan terungkap, mencemari lingkungan di sekelilingnya."

"Dan kita menyalahkan orang lain atas keberadaannya," Penanya menambahkan. "Kita menunjuk jari, mengatakan 'itu bukan sampah saya,' padahal dia adalah hasil dari keputusan dan pilihan kita sendiri."

"Jadi, apa solusinya?" tanya Penjelajah. "Akankah kita terus menumpuk, atau akankah kita mencari cara untuk mengubahnya menjadi sesuatu yang baru dan berharga? Untuk merubah kenangan buruk menjadi pelajaran, kebohongan menjadi kebenaran, dan dendam menjadi pengampunan?"

Sang Penanya menatap tumpukan itu lagi, kali ini dengan pandangan yang berbeda. Dia tersenyum. "Mungkin dia bukan lagi sampah," katanya.

"Mungkin dia adalah cerminan. Cerminan dari diri kita sendiri, dari masyarakat kita. Dan dengan membersihkan cerminan itu, kita bisa membersihkan diri kita sendiri." (Sutisna_267)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pengawasan Melekat (Waskat)

silahudin Ada ragam pengawasan dalam penyelenggaraan roda pemerintahan, dan salah satunya adalah pengawasan melekat. Pengawasan melekat disingkat WASKAT merupakan salah satu kegiatan manajemen dalam mewujudkan terlaksananya tugas-tugas umum pemerintah (an) dan pembangunan. Waskat, sesungguhnya merupakan kegiatan manajemen sehari-hari yang dilakukan oleh pipinan atau atasan instandi pemerintah dalam setiap satuan unit kerjanya. Apa itu pengawasan melekat? dapat disimak pada video ini.

Menyelami Makna Peribahasa Sunda "Asa Peunggas Leungeun Katuhu"

   Ilustrasi Jenis Pakaian Adat Sunda (Foto tangkapan layer dari  https://learningsundanese.com/pakaian-adat-sunda-jenis-jenis-dan-makna-simbolik/ ) Menjual Harapan – Pergulatan pergaulan kehidupan taubahnya berdampingan antara baik dan buruk. Ragam situasi buruk perlu dihindari, karena berakibat buruk pada khususnya diri sendiri, bahkan dalam kehidupan masyarakat, dan negara. Menelusuri mencari sumber masalah yang menimbulkan situasi buruk tersebut dan menemukannya, berarti setidakanya setengah telah mengatasi situasi tersebut. Ada dalam peribahasa Sunda yang populer, yaitu “Asa peunggas leungeun katuhu” . Secara harfiah berarti “harapan di ujung tangan kanan”. Pesan filosofisnya peribahasa Sunda ini mengajarkan pentingnya mempunyai harapan dan tekad kuat dalam menghadapi berbagai situasi yang sulit. “Leungeun katuhu” (tangan kanan) disimbolkan atau dilambangkan sebagai kekuatan dan kemampuan untuk mencapai tujuan. Iman Budhi Santoso (2016: 601) menjelaskan makna dari ...

Konsistensi Cendekiawan “Memanusiakan” Peradaban

Ilustrasi gambar seorang cendekiawan (Foto hasil proses chat gpt) MENJUAL HARAPAN - Pergulatan berbagai kehidupan negara bangsa ini (nation state) , tampak nyaris tidak lepas dari sorotan kritisi cendekiawan.  Kaum cendekiawan terus bersuara dalam berbagai aspek kehidupan. Seperti dalam sosial politik, budaya, ekonomi, pendidikan, dan lain sejenisnya.  Sosok kehadiran cendekiawan di tengah pergulatan kehidupan masyarakat, bangsa dan negara tak dapat ditampik, niscaya selalu berkontributif.  Kehadirannya memiliki peran dan fungsi yang strategis, oleh karena kehadirannya senantiasa hirau dan peduli terhadap permasalahan-permasalahan bangsa demi menjunjung derajat kemanusiaan. Dalam bahasa lain, seseorang yang merasa berkepentingan untuk memikirkan secara rasional dan sepanjang pengetahuannya tentang bangaimana suatu masyarakat atau kemanusiaan pada umumnya bisa hidup lebih baik.  Oleh karena, setiap bangsa dan negara secara langsung atau tidak langsung memutuhkan peran...