Langsung ke konten utama

Serie A Italia: Bologna Telikung AC Milan, dan Inilah 10 Besar Klasemen Pekan ke-26

 


MENJUAL HARAPAN – Laga pekan ke-26 Liga Italia atau popular disebut Serie A Italia 2024-2025 Jumat dini hari WIB (28/2/2025) Bologna versus AC Milan berlangsung di Gionarta.

Bologna sempat kebobolan lebih dahulu pada menit ke-43 lewat tendangan Rafael Leáo, namun lima menit kemudian berhasil membalasnya menjadi 1-1.

Gol balasan Bologna dicetak Santiago Castro pada menit ke-48 ke gawang kiper Milan, dan bergoyanglah gawang Italia.

Usai kedudukan sama, 1-1, pertandingan makin sengit dan seru antara kedua tim yang sama-sama masuk pada semifinal Coppa Italia 2024-2025.

Aksi saling menekan pertahanan lawannya tak dapat dihindari oleh kedua kesebelasan ini yang memiliki ambisi untuk meraih poin di laga Serie A 2024-2025.

Waktu pertandingan terus berjalan dan aksi-aksi pergerakan menyerang pun terus dipertontonkan oleh kedua kesebelasan.

Tuan rumah Bologna akhirnya berhasil membobol gawang kiper pada menit ke-83 lewat tendangan keras Dan Ndoye.

Bologna unggul 2-1 atas AC Milan di menit ini, dan tertinggal Milan berusaha meningkatkan volume pertandingan menyerangnya di sisa-sisa waktu yang makin sempit.

Serangan Milan ke pertahanan tuan rumah Bologna tidak menghasilkan gol hingga pertandingan berakhir.

Bologina raih tiga poin dan berada pada urutan ke-6 dengan 44 poin, Milan di posisi ke-8 dengan 41 poin klasemen Serie A Italia 2024-2025.

Laga sepak bola bergengsi di Italia bernama Serie A ini telah usai pekan ke-26, dan inilah urutan sepuluh besar klasemennya.

Klub

Tanding

Menang

Seri

Kalah

Poin

1.      Inter Milan

26

17

6

3

57

2.      Napoli

26

17

5

4

56

3.      Atalanta

26

16

6

4

54

4.      Juventus

26

12

13

1

49

5.      Lazio

26

14

5

7

47

6.      Bologna

26

11

11

4

44

7.      Fiorentina

26

12

6

8

42

8.      AC Milan

26

11

8

7

41

9.      Roma

26

11

7

8

41

10. Udinese

26

10

6

10

36

(sdn)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pesan RUU Perampasan Aset, Menata Hak Publik

Oleh Silahudin SALAH  satu poin krusial tuntutan unjuk rasa sejak 25 Agustus 2025 yang lalu, adalah soal Rancangan Undang-Undang Perampasan Aset. RUU ini, memang sudah jauh-jauh hari diusulkan pemerintah, namun tampaknya masih belum menjadi prioritas prolegnas. Di tengah meningkatnya tuntutan publik seperti dalam 17+8 tuntutan rakyat, RUU ini menjadi salah satu poin tuntutannya yang harus dijawab sungguh-sungguh oleh pemerintah dan DPR. RUU Perampasan Aset dalam tuntutan tersebut diberi tenggang waktu target penyelesaaiannya dalam kurun waktu satu tahun, paling lambat 31 Agustus 2026 (Kompas.id, 3/9/2025). RUU Perampasan Aset, tentu merupakan bagian integral yang menjanjikan reformasi struktural dalam penegakan hukum yang berkeadilan. Selama ini, aset hasil kejahatan, terutama korupsi dan kejahatan ekonomi, tidak jelas rimbanya. RUU ini tampak visioner dimana menawarkan mekanisme perampasan aset tanpa pemidanaan, sebuah pendekatan yang lebih progresif dan berpihak pada kepentingan ...

MENTERTAWAKAN NEGERI INI

Oleh: Silahudin MENJUAL HARAPAN - Mentertawakan negeri ini bukan karena kita tak cinta. Justru karena cinta itu terlalu dalam, hingga luka-lukanya tak bisa lagi ditangisi. Maka tawa menjadi pelipur, menjadi peluru, menjadi peluit panjang di tengah pertandingan yang tak pernah adil. Negeri ini, seperti panggung sandiwara, di mana aktor utamanya tak pernah lulus audisi nurani. Di ruang-ruang kekuasaan, kita menyaksikan para pemimpin berdialog dengan teleprompter, bukan dengan hati. Mereka bicara tentang rakyat, tapi tak pernah menyapa rakyat. Mereka bicara tentang pembangunan, tapi tak pernah membangun kepercayaan. Maka kita tertawa, bukan karena lucu, tapi karena getir yang terlalu lama dipendam. Pendidikan, katanya, adalah jalan keluar. Tapi di negeri ini, sekolah adalah lorong panjang menuju penghapusan imajinasi. Anak-anak diajari menghafal, bukan memahami. Mereka diuji untuk patuh, bukan untuk berpikir. Guru-guru digaji dengan janji, sementara kurikulum berganti seperti musim, tanpa...

Menjadi Wakil Rakyat Tidak Hanya Terpilih, Tapi Teruji

MENJUAL HARAPAN - Pemilihan umum merupakan gerbang masuk menuju ruang representasi, tetapi bukan jaminan bahwa seseorang telah siap menjadi wakil rakyat. Terpilih adalah pengakuan elektoral, sementara teruji adalah proses etis dan reflektif yang berlangsung sepanjang masa jabatan. Dalam konteks DPRD, menjadi wakil rakyat yang teruji berarti menjalankan fungsi kelembagaan dengan integritas, keberpihakan, dan kesadaran akan dampak sosial dari setiap keputusan. Demokrasi lokal membutuhkan wakil rakyat yang tidak hanya hadir secara politik, tetapi juga secara moral. Seperti dikemukakan oleh Max Weber (1919), “Politik yang bermakna adalah politik yang dijalankan dengan tanggung jawab, bukan dengan ambisi.” Maka, keterpilihan harus diikuti dengan proses pembuktian: apakah wakil rakyat mampu menjaga etika, mendengar publik, dan berpihak pada keadilan. Fungsi DPRD mencakup legislasi, penganggaran, dan pengawasan. Ketiganya menuntut kapasitas analitis, keberanian politik, dan komitmen etis. Ter...