MENJUAL HARAPAN - Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal kedua 2025 tercatat sebesar 5,12%. Di atas kertas, angka ini tampak menjanjikan. Namun, pertumbuhan tersebut tidak menjawab pertanyaan mendasar: siapa yang menikmati pertumbuhan ini?
Di banyak wilayah, terutama luar Jawa, daya beli masyarakat stagnan. Harga kebutuhan pokok naik, sementara pendapatan tetap. Sektor informal yang menopang mayoritas rakyat tidak mendapat insentif berarti. Ketimpangan wilayah dan akses terhadap modal masih menjadi hambatan utama.
CELIOS mencatat bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia belum inklusif. Sektor industri besar tumbuh, tetapi UMKM dan koperasi rakyat tertinggal. Program hilirisasi mineral dan pangan belum menyentuh akar ekonomi rakyat. Alih-alih memperkuat ekonomi komunitas, kebijakan ekonomi justru memperbesar ketergantungan pada investor besar dan proyek mercusuar.
Dalam konteks ini, kesejahteraan bukan sekadar angka PDB, melainkan kemampuan rakyat untuk hidup layak, sehat, dan bermartabat. Tanpa keberpihakan pada ekonomi rakyat, pertumbuhan hanya menjadi ilusi statistik.*
Komentar