MENJUAL HARAPAN - Pondok Pesantren Lirboyo di Kediri, Jawa Timur, kembali menjadi saksi sejarah bagi perjalanan panjang Nahdlatul Ulama. Pada Kamis (25/12), sebuah ketegangan yang sempat mengancam soliditas organisasi terbesar di dunia ini akhirnya mencair. Dalam rapat konsultasi yang berlangsung selama tiga jam, Rais Aam PBNU KH Miftachul Akhyar dan Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya) menyepakati langkah islah dengan komitmen menyelenggarakan Muktamar Ke-35 NU sesegera mungkin.
Kesepakatan ini bukan sekadar jabat tangan formalitas, melainkan sebuah ikhtiar kolektif untuk mengakhiri polemik yang telah berlangsung selama beberapa pekan terakhir. Forum yang dihadiri oleh jajaran Syuriyah, Mustasyar, dan kiai-kiai sepuh ini menjadi ruang "tabayun" atas berbagai isu sensitif yang sempat membelah kepengurusan. Juru bicara pertemuan, Abdul Muid Shohib, menegaskan bahwa keputusan ini diambil dengan penuh kehati-hatian demi menjaga kemaslahatan jam’iyyah.
Dinamika internal ini bermula dari keputusan Rais Aam yang meminta Gus Yahya mundur akibat persoalan manajemen organisasi dan pelaksanaan Akademi Kepemimpinan Nasional (AKN) yang menghadirkan narasumber kontroversial. Namun, Gus Yahya bertahan dengan argumentasi konstitusional bahwa pemberhentian mandataris Muktamar tidak bisa dilakukan melalui rapat harian Syuriyah. Kebuntuan ini sempat memicu lahirnya surat-surat keputusan yang saling meniadakan keabsahan satu sama lain.
Dalam suasana yang penuh ketenangan khas pesantren, Gus Yahya memberikan klarifikasi menyeluruh terkait tudingan pelanggaran tata kelola keuangan dan pemilihan narasumber AKN. "Semua isu yang berkembang sudah ditabayun dan diklarifikasi. Para kiai sepuh dan mustasyar menganggap persoalan itu sudah selesai," ujar Amin Said Husni, Sekretaris Jenderal PBNU. Kedewasaan berorganisasi pun tampak saat Rais Aam dengan kebesaran hati menerima permohonan maaf Gus Yahya.
Keputusan menggelar Muktamar Ke-35 secara bersama-sama dipandang sebagai solusi paling bermartabat. Abdul Muid Shohib menekankan, “Forum sepakat bahwa jalan terbaik untuk mengakhiri polemik yang berkepanjangan adalah menggelar Muktamar Ke-35 NU sesegera mungkin”. Muktamar ini dipastikan akan berjalan sesuai AD/ART, sehingga legitimasinya tidak menyisakan keraguan atau "syubhat" di mata warga Nahdliyin.
Kehadiran tokoh-tokoh sentral seperti KH Ma’ruf Amin dan kiai sepuh lainnya memberikan bobot moral yang kuat pada pertemuan ini. Peran mereka sebagai penengah membuktikan bahwa dalam tradisi NU, kiai sepuh tetap menjadi rujukan spiritual tertinggi saat organisasi menghadapi persimpangan jalan. "Di atas kiai ada kiai sepuh, dan di atas kiai sepuh ada kiai yang lebih sepuh lagi," tambah Amin Said Husni menggambarkan hierarki penghormatan di NU.
Langkah selanjutnya adalah pembentukan Panitia Bersama untuk mempersiapkan perhelatan akbar tersebut. Meskipun jadwal awal Muktamar adalah Desember 2026, forum Lirboyo membuka peluang percepatan pelaksanaan demi kepastian organisasi1. Katib Aam PBNU Mohammad Nuh menyatakan bahwa PBNU segera menyiapkan langkah teknis agar Muktamar terlaksana secara tertib dan sah.
"Alhamdulillah, hari ini islah telah tercapai. Bersama Rais Aam, kami sepakat bahwa Muktamar bersama adalah solusi terbaik untuk jam’iyah," kata Gus Yahya dengan nada lega usai pertemuan. Dengan tercapainya kesepakatan ini, dualisme kepemimpinan yang sempat membayang pun sirna. Energi organisasi kini dialihkan untuk menyongsong Muktamar yang diharapkan menjadi titik balik konsolidasi NU dalam melayani umat dan bangsa. (Sjs_267)
Komentar