Langsung ke konten utama

Jaring-jaring Laba-laba dan Mangsa yang Terjerat

 


MENJUAL HARAPAN - Di atas Kebun Raya Nusantara, mulai terbentang jaring-jaring laba-laba raksasa. Jaring-jaring ini bukan terbuat dari benang sutra biasa, melainkan dari "Benang Hutang" dan "Benang Aturan". Para Penguasaha adalah laba-laba raksasa yang dengan lihai menenun jaring-jaring ini, menjerat setiap penghuni Kebun Raya yang mencoba bergerak bebas. Sekali terjerat, sulit sekali untuk melepaskan diri.

Setiap benang hutang memiliki daya tarik yang kuat. Para Petani Kecil yang kesulitan mencari nafkah, seringkali tergoda untuk meminjam uang dari Para Penguasaha, dengan harapan bisa memulai hidup baru. Namun, setiap pinjaman datang dengan bunga yang mencekik, dan setiap bunga akan melahirkan benang hutang baru yang semakin kuat, semakin menjerat mereka dalam lingkaran setan.

Si Kecil, si semut pekerja, melihat bagaimana banyak kawanan semut lain yang terjerat dalam jaring-jaring ini. Mereka yang dulunya bebas bergerak, kini terikat erat, tak bisa ke mana-mana. Mereka mencoba meronta, namun semakin mereka meronta, semakin kuat jaring itu mengikat mereka. Beberapa di antaranya bahkan menyerah, pasrah menunggu nasib mereka di tangan laba-laba raksasa.

Para Penguasaha, dari balik jaring-jaring mereka, tersenyum licik. Mereka tahu persis bahwa hutang adalah alat paling ampuh untuk mengendalikan massa. Beri mereka sedikit uang, dan mereka akan menjadi budak seumur hidup. Mereka bahkan memiliki "Pintu Jebakan" di setiap sudut jaring, memastikan tidak ada yang bisa lolos begitu saja.

Benang aturan juga tak kalah mematikan. Aturan-aturan itu dibuat sedemikian rupa, rumit dan berbelit-belit, sehingga hanya Para Penguasaha yang mengerti cara kerjanya. Setiap kali Para Petani Kecil mencoba melakukan sesuatu, mereka akan selalu terbentur aturan yang tidak mereka pahami. Aturan-aturan itu seperti labirin tanpa jalan keluar, menjebak mereka dalam kebingungan dan keputusasaan.

Ada juga fenomena "Umpan Harapan" yang disebar di jaring-jaring itu. Umpan itu berupa janji-janji manis tentang kemakmuran dan kesejahteraan, jika Para Petani Kecil mau patuh dan bekerja keras. Namun, umpan itu hanyalah ilusi, sebuah jebakan untuk menarik lebih banyak mangsa ke dalam jaring. Setelah terjerat, umpan itu akan segera menghilang, meninggalkan kekecewaan yang mendalam.

Si Kecil, si semut pekerja, merasa ngeri melihat semua ini. Ia tahu bahwa jika jaring-jaring ini terus meluas, maka tidak akan ada lagi tempat yang aman di Kebun Raya. Ia hanya berharap, ada kekuatan yang bisa merobek jaring-jaring ini, agar semua yang terjerat bisa bebas, dan Kebun Raya bisa kembali menjadi tempat yang adil dan merdeka. (Seri 3 dari “Nestape Ekonomi Kerakyatan”)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pengawasan Melekat (Waskat)

silahudin Ada ragam pengawasan dalam penyelenggaraan roda pemerintahan, dan salah satunya adalah pengawasan melekat. Pengawasan melekat disingkat WASKAT merupakan salah satu kegiatan manajemen dalam mewujudkan terlaksananya tugas-tugas umum pemerintah (an) dan pembangunan. Waskat, sesungguhnya merupakan kegiatan manajemen sehari-hari yang dilakukan oleh pipinan atau atasan instandi pemerintah dalam setiap satuan unit kerjanya. Apa itu pengawasan melekat? dapat disimak pada video ini.

Menyelami Makna Peribahasa Sunda "Asa Peunggas Leungeun Katuhu"

   Ilustrasi Jenis Pakaian Adat Sunda (Foto tangkapan layer dari  https://learningsundanese.com/pakaian-adat-sunda-jenis-jenis-dan-makna-simbolik/ ) Menjual Harapan – Pergulatan pergaulan kehidupan taubahnya berdampingan antara baik dan buruk. Ragam situasi buruk perlu dihindari, karena berakibat buruk pada khususnya diri sendiri, bahkan dalam kehidupan masyarakat, dan negara. Menelusuri mencari sumber masalah yang menimbulkan situasi buruk tersebut dan menemukannya, berarti setidakanya setengah telah mengatasi situasi tersebut. Ada dalam peribahasa Sunda yang populer, yaitu “Asa peunggas leungeun katuhu” . Secara harfiah berarti “harapan di ujung tangan kanan”. Pesan filosofisnya peribahasa Sunda ini mengajarkan pentingnya mempunyai harapan dan tekad kuat dalam menghadapi berbagai situasi yang sulit. “Leungeun katuhu” (tangan kanan) disimbolkan atau dilambangkan sebagai kekuatan dan kemampuan untuk mencapai tujuan. Iman Budhi Santoso (2016: 601) menjelaskan makna dari ...

Konsistensi Cendekiawan “Memanusiakan” Peradaban

Ilustrasi gambar seorang cendekiawan (Foto hasil proses chat gpt) MENJUAL HARAPAN - Pergulatan berbagai kehidupan negara bangsa ini (nation state) , tampak nyaris tidak lepas dari sorotan kritisi cendekiawan.  Kaum cendekiawan terus bersuara dalam berbagai aspek kehidupan. Seperti dalam sosial politik, budaya, ekonomi, pendidikan, dan lain sejenisnya.  Sosok kehadiran cendekiawan di tengah pergulatan kehidupan masyarakat, bangsa dan negara tak dapat ditampik, niscaya selalu berkontributif.  Kehadirannya memiliki peran dan fungsi yang strategis, oleh karena kehadirannya senantiasa hirau dan peduli terhadap permasalahan-permasalahan bangsa demi menjunjung derajat kemanusiaan. Dalam bahasa lain, seseorang yang merasa berkepentingan untuk memikirkan secara rasional dan sepanjang pengetahuannya tentang bangaimana suatu masyarakat atau kemanusiaan pada umumnya bisa hidup lebih baik.  Oleh karena, setiap bangsa dan negara secara langsung atau tidak langsung memutuhkan peran...