Langsung ke konten utama

Ada Apa dengan Makanan Bergizi Gratis, Menelan Korban Keracunan

Foto hasil tangkapan layar dari kompas.com


Menteri Sekretaris Negara (Mensesneg) Prasetyo Hadi mewakili pemerintah dan Badan Gizi Nasional (BGN) menyampaikan permohonan maaf, atas masih terjadinya kasus keracunan Makan Bergizi Gratis (MBG) di banyak daerah. (lihat: kompas.com )

 

MENJUAL HARAPAN - Penyebab umum keracunan makanan, atau foodborne illeness, biasayanya disebabkan oleh bakteri (seperti Salmonella, E. coli), virus, atau parasit yang mencemari makanan.

Kontaminasi bisa terjadi di berbagai tahapan, yaitu

1. Bahan Baku yang Tidak Higienis: Bahan mentah, seperti sayuran, daging, atau telur, yang sudah terkontaminasi sejak awal.

2. Penanganan yang Salah: Kurangnya kebersihan tangan, alat masak, dan area kerja oleh petugas atau sukarelawan.

3. Proses Memasak yang Tidak Sempurna: Makanan tidak dimasak hingga matang, terutama daging dan unggas, sehingga bakteri tidak mati.

4. Penyimpanan yang Buruk: Makanan yang sudah matang dibiarkan di suhu ruang terlalu lama, memberi kesempatan bakteri berkembang biak dengan cepat. Idealnya, makanan panas harus disimpan di atas 60°C dan makanan dingin di bawah 4°C.

5. Kontaminasi Silang: Bakteri dari bahan mentah berpindah ke makanan yang sudah matang. Contohnya, menggunakan talenan yang sama untuk memotong ayam mentah dan sayuran siap saji.

Langkah pencegahan untuk menghindari risiko keracunan, program seperti MBG harus menerapkan standar keamanan pangan yang ketat. 

Beberapa hal yang umum yang bisa menjadi pertimbangan menghindari risiko keracunan makanan.

a. Pelatihan dan Edukasi: Semua pihak yang terlibat dalam pengolahan makanan, mulai dari juru masak hingga sukarelawan, harus mendapatkan pelatihan tentang kebersihan personal dan sanitasi dapur.

b. Standar Bahan Baku: Menetapkan kriteria ketat untuk pemasok bahan baku, memastikan bahan-bahan yang digunakan segar dan berasal dari sumber terpercaya.

c. Protokol Memasak: Membuat panduan yang jelas tentang suhu dan durasi memasak untuk setiap jenis bahan makanan.

d. Manajemen Rantai Dingin dan Panas: Memastikan makanan panas tetap panas dan makanan dingin tetap dingin selama proses distribusi.

e. Sistem Monitoring dan Evaluasi: Membentuk tim pengawas yang bertugas memantau seluruh proses, dari pengadaan bahan hingga penyajian, untuk mendeteksi dan memperbaiki potensi masalah sejak dini.

f. Transparansi dan Respons Cepat: Jika terjadi insiden, pihak penyelenggara harus segera berkoordinasi dengan otoritas kesehatan setempat, menghentikan distribusi, dan menginvestigasi penyebabnya secara menyeluruh.

Oleh karena itu, penting untuk diingat bahwa setiap program, sebesar apa pun tujuannya, harus memprioritaskan keselamatan dan kesehatan penerima manfaat di atas segalanya. Keamanan pangan adalah hal yang tidak bisa ditawar. (S_267)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pengawasan Melekat (Waskat)

silahudin Ada ragam pengawasan dalam penyelenggaraan roda pemerintahan, dan salah satunya adalah pengawasan melekat. Pengawasan melekat disingkat WASKAT merupakan salah satu kegiatan manajemen dalam mewujudkan terlaksananya tugas-tugas umum pemerintah (an) dan pembangunan. Waskat, sesungguhnya merupakan kegiatan manajemen sehari-hari yang dilakukan oleh pipinan atau atasan instandi pemerintah dalam setiap satuan unit kerjanya. Apa itu pengawasan melekat? dapat disimak pada video ini.

Menyelami Makna Peribahasa Sunda "Asa Peunggas Leungeun Katuhu"

   Ilustrasi Jenis Pakaian Adat Sunda (Foto tangkapan layer dari  https://learningsundanese.com/pakaian-adat-sunda-jenis-jenis-dan-makna-simbolik/ ) Menjual Harapan – Pergulatan pergaulan kehidupan taubahnya berdampingan antara baik dan buruk. Ragam situasi buruk perlu dihindari, karena berakibat buruk pada khususnya diri sendiri, bahkan dalam kehidupan masyarakat, dan negara. Menelusuri mencari sumber masalah yang menimbulkan situasi buruk tersebut dan menemukannya, berarti setidakanya setengah telah mengatasi situasi tersebut. Ada dalam peribahasa Sunda yang populer, yaitu “Asa peunggas leungeun katuhu” . Secara harfiah berarti “harapan di ujung tangan kanan”. Pesan filosofisnya peribahasa Sunda ini mengajarkan pentingnya mempunyai harapan dan tekad kuat dalam menghadapi berbagai situasi yang sulit. “Leungeun katuhu” (tangan kanan) disimbolkan atau dilambangkan sebagai kekuatan dan kemampuan untuk mencapai tujuan. Iman Budhi Santoso (2016: 601) menjelaskan makna dari ...

Konsistensi Cendekiawan “Memanusiakan” Peradaban

Ilustrasi gambar seorang cendekiawan (Foto hasil proses chat gpt) MENJUAL HARAPAN - Pergulatan berbagai kehidupan negara bangsa ini (nation state) , tampak nyaris tidak lepas dari sorotan kritisi cendekiawan.  Kaum cendekiawan terus bersuara dalam berbagai aspek kehidupan. Seperti dalam sosial politik, budaya, ekonomi, pendidikan, dan lain sejenisnya.  Sosok kehadiran cendekiawan di tengah pergulatan kehidupan masyarakat, bangsa dan negara tak dapat ditampik, niscaya selalu berkontributif.  Kehadirannya memiliki peran dan fungsi yang strategis, oleh karena kehadirannya senantiasa hirau dan peduli terhadap permasalahan-permasalahan bangsa demi menjunjung derajat kemanusiaan. Dalam bahasa lain, seseorang yang merasa berkepentingan untuk memikirkan secara rasional dan sepanjang pengetahuannya tentang bangaimana suatu masyarakat atau kemanusiaan pada umumnya bisa hidup lebih baik.  Oleh karena, setiap bangsa dan negara secara langsung atau tidak langsung memutuhkan peran...