Langsung ke konten utama

PSBS Biak Vs Borneo FC Skor Gol 0-1





MENJUAL HARAPAN Stadion Maguwoharjo, berlangsungnya PSB Biak melawan Borneo FC pada pekan kedua Super League 2025/2026. Di hadapan pendukung sendiri, PSBS Biak harus menelan kekalahan tipis 0-1 dari tamunya, Borneo FC.

Meski atmosfer stadion penuh semangat, satu momen krusial di menit ke-29 mengubah segalanya. Mariano Peralta, striker Borneo yang dikenal dingin di kotak penalti, sukses mengeksekusi tendangan dari titik putih dan membawa timnya pulang dengan tiga poin berharga.

PSBS Biak sejatinya tidak tampil buruk. Mereka menunjukkan intensitas dan determinasi sejak awal laga. Beberapa kali serangan balik cepat mereka mengancam gawang Borneo, namun penyelesaian akhir masih menjadi pekerjaan rumah. Koordinasi lini tengah cukup solid, tetapi transisi ke lini depan belum maksimal. Terlihat jelas bahwa chemistry antar pemain masih dalam tahap pembentukan.

Gol penalti yang terjadi bukan sekadar soal pelanggaran. Itu adalah cerminan dari tekanan yang terus-menerus diberikan Borneo FC. Mereka bermain dengan disiplin tinggi, memanfaatkan celah sekecil apa pun. Ketika PSBS sedikit lengah di area pertahanan, pelanggaran terjadi, dan Peralta tak menyia-nyiakan kesempatan. Momen itu menjadi titik balik yang membuat PSBS kehilangan momentum.

Secara klasemen, hasil ini membuat Borneo FC melesat ke posisi kedua dengan enam poin sempurna dari dua laga. Sementara PSBS Biak harus puas di peringkat ke-17, masih tanpa poin. Namun, kompetisi baru berjalan dua pekan. Masih ada banyak waktu untuk bangkit, dan laga ini bisa menjadi bahan evaluasi penting bagi pelatih dan jajaran manajemen PSBS.

Yang menarik dari pertandingan ini adalah bagaimana PSBS mencoba membangun identitas permainan mereka. Terlihat ada upaya untuk bermain atraktif dan mengandalkan kecepatan sayap. Namun, tanpa eksekusi yang tajam di depan gawang, strategi itu belum membuahkan hasil. Mereka butuh sosok pemimpin di lapangan yang bisa mengatur ritme dan menjaga fokus tim di momen-momen krusial.

Usai pertandingan, pelatih PSBS menyebut laga ini sebagai “pelajaran mahal di awal musim.” Ia menekankan pentingnya mentalitas bertanding dan konsistensi sepanjang 90 menit. Kekalahan di kandang memang menyakitkan, tetapi bisa menjadi titik tolak untuk memperbaiki banyak hal. Dukungan suporter tetap solid, dan itu modal penting untuk laga-laga berikutnya.

Bagi Borneo FC, kemenangan ini mempertegas ambisi mereka musim ini. Mereka tampil sebagai tim yang matang, tahu kapan harus menekan dan kapan harus bertahan. Peralta menjadi simbol efisiensi: satu peluang, satu gol. Sementara bagi PSBS Biak, perjalanan masih panjang. Mereka punya potensi, tinggal bagaimana mengasahnya menjadi kekuatan nyata di lapangan. (S_267)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pesan RUU Perampasan Aset, Menata Hak Publik

Oleh Silahudin SALAH  satu poin krusial tuntutan unjuk rasa sejak 25 Agustus 2025 yang lalu, adalah soal Rancangan Undang-Undang Perampasan Aset. RUU ini, memang sudah jauh-jauh hari diusulkan pemerintah, namun tampaknya masih belum menjadi prioritas prolegnas. Di tengah meningkatnya tuntutan publik seperti dalam 17+8 tuntutan rakyat, RUU ini menjadi salah satu poin tuntutannya yang harus dijawab sungguh-sungguh oleh pemerintah dan DPR. RUU Perampasan Aset dalam tuntutan tersebut diberi tenggang waktu target penyelesaaiannya dalam kurun waktu satu tahun, paling lambat 31 Agustus 2026 (Kompas.id, 3/9/2025). RUU Perampasan Aset, tentu merupakan bagian integral yang menjanjikan reformasi struktural dalam penegakan hukum yang berkeadilan. Selama ini, aset hasil kejahatan, terutama korupsi dan kejahatan ekonomi, tidak jelas rimbanya. RUU ini tampak visioner dimana menawarkan mekanisme perampasan aset tanpa pemidanaan, sebuah pendekatan yang lebih progresif dan berpihak pada kepentingan ...

MENTERTAWAKAN NEGERI INI

Oleh: Silahudin MENJUAL HARAPAN - Mentertawakan negeri ini bukan karena kita tak cinta. Justru karena cinta itu terlalu dalam, hingga luka-lukanya tak bisa lagi ditangisi. Maka tawa menjadi pelipur, menjadi peluru, menjadi peluit panjang di tengah pertandingan yang tak pernah adil. Negeri ini, seperti panggung sandiwara, di mana aktor utamanya tak pernah lulus audisi nurani. Di ruang-ruang kekuasaan, kita menyaksikan para pemimpin berdialog dengan teleprompter, bukan dengan hati. Mereka bicara tentang rakyat, tapi tak pernah menyapa rakyat. Mereka bicara tentang pembangunan, tapi tak pernah membangun kepercayaan. Maka kita tertawa, bukan karena lucu, tapi karena getir yang terlalu lama dipendam. Pendidikan, katanya, adalah jalan keluar. Tapi di negeri ini, sekolah adalah lorong panjang menuju penghapusan imajinasi. Anak-anak diajari menghafal, bukan memahami. Mereka diuji untuk patuh, bukan untuk berpikir. Guru-guru digaji dengan janji, sementara kurikulum berganti seperti musim, tanpa...

Menjadi Wakil Rakyat Tidak Hanya Terpilih, Tapi Teruji

MENJUAL HARAPAN - Pemilihan umum merupakan gerbang masuk menuju ruang representasi, tetapi bukan jaminan bahwa seseorang telah siap menjadi wakil rakyat. Terpilih adalah pengakuan elektoral, sementara teruji adalah proses etis dan reflektif yang berlangsung sepanjang masa jabatan. Dalam konteks DPRD, menjadi wakil rakyat yang teruji berarti menjalankan fungsi kelembagaan dengan integritas, keberpihakan, dan kesadaran akan dampak sosial dari setiap keputusan. Demokrasi lokal membutuhkan wakil rakyat yang tidak hanya hadir secara politik, tetapi juga secara moral. Seperti dikemukakan oleh Max Weber (1919), “Politik yang bermakna adalah politik yang dijalankan dengan tanggung jawab, bukan dengan ambisi.” Maka, keterpilihan harus diikuti dengan proses pembuktian: apakah wakil rakyat mampu menjaga etika, mendengar publik, dan berpihak pada keadilan. Fungsi DPRD mencakup legislasi, penganggaran, dan pengawasan. Ketiganya menuntut kapasitas analitis, keberanian politik, dan komitmen etis. Ter...