Langsung ke konten utama

Persija Buka Musim dengan Kemenangan Telak Lawan Persita



MENJUAL HARAPAN - Pekan perdana BRI Super League 2025/2026 langsung menyuguhkan tontonan kelas atas saat Persija Jakarta menjamu Persita Tangerang di Jakarta International Stadium (JIS), Minggu (10/8).

Atmosfer yang membara dan dukungan penuh Jakmania, Macan Kemayoran tampil garang, dan tak memberi ruang bagi Pendekar Cisadane untuk bernapas.

Skor akhir 4-0 bukan sekadar angka, melainkan representasi dari superioritas taktik, mentalitas, dan kualitas individu yang ditampilkan Persija sepanjang 90 menit.

Gol Pembuka Rizky Ridho dan Momentum Awal

Gol pertama lahir dari kaki Rizky Ridho pada menit ke-30, hasil dari skema bola mati yang dieksekusi dengan presisi. Ridho, yang dikenal sebagai bek tangguh, menunjukkan insting predatornya di kotak penalti lawan.

Sundulannya yang tajam memecah kebuntuan dan menjadi titik balik dominasi Persija. Gol ini bukan hanya soal eksekusi, tapi juga cerminan dari kesiapan mental tim dalam menghadapi tekanan laga perdana.

Allano Brendon Motor Serangan dan Finisher Ulung

Pemain asing asal Brasil, Allano Brendon de Souza Lima, menjadi bintang utama dengan dua gol di menit ke-69 dan 90+1. Gol pertamanya lahir dari penetrasi tajam dan penyelesaian klinis, sementara gol kedua menunjukkan ketenangan dan naluri mencetak gol di masa injury time.

Allano bukan hanya pencetak gol, tapi juga pengatur ritme serangan, sering kali menjadi titik awal kombinasi satu-dua yang memecah pertahanan Persita.

Maxwell dan Efisiensi Serangan

Gol ketiga yang dicetak Maxwell pada menit ke-72 mempertegas efisiensi serangan Persija.

Dalam skema transisi cepat, Maxwell memanfaatkan ruang di sisi kiri dan melepaskan tembakan mendatar yang tak mampu dibendung kiper Persita.

Gol ini menunjukkan bagaimana Persija mampu menggabungkan kecepatan, akurasi, dan keputusan tepat dalam situasi krusial. Maxwell tampil sebagai pelengkap sempurna dari trio penyerang yang mematikan.

Statistik dan Taktik: Persija Unggul di Semua Lini

Secara statistik, Persija unggul dalam penguasaan bola (62%), jumlah tembakan ke gawang (11), dan akurasi umpan (87%).

Pelatih Persija menerapkan formasi fleksibel 4-2-3-1 yang berubah menjadi 4-3-3 saat menyerang, memaksimalkan peran gelandang kreatif dan sayap eksplosif.

Sementara, Persita tampak kesulitan menyesuaikan diri, terutama dalam duel lini tengah yang dikuasai total oleh Persija. Ketimpangan ini menjadi akar dari minimnya peluang yang bisa diciptakan tim tamu.

Kemenangan telak ini bukan hanya soal tiga poin, tapi juga sinyal kuat bahwa Persija memiliki kedalaman skuad dan mental juara. Rotasi pemain berjalan mulus, dan chemistry antar lini terlihat solid meski baru pekan pertama. Jika konsistensi ini terjaga, Persija bisa menjadi kandidat kuat juara musim ini. Tantangan berikutnya adalah menjaga intensitas dan menghindari cedera di tengah jadwal padat.

Refleksi untuk Persita dan Pesan untuk Liga

Bagi Persita, laga ini menjadi cermin untuk evaluasi menyeluruh. Kelemahan dalam transisi, minimnya kreativitas di lini tengah, dan rapuhnya koordinasi pertahanan harus segera dibenahi.

Sementara bagi BRI Super League, laga ini menjadi pembuka yang menggugah antusiasme publik. Kualitas permainan, atmosfer stadion, dan narasi rivalitas menjadi modal penting untuk membangun liga yang kompetitif dan berkelas. (S_267)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pesan RUU Perampasan Aset, Menata Hak Publik

Oleh Silahudin SALAH  satu poin krusial tuntutan unjuk rasa sejak 25 Agustus 2025 yang lalu, adalah soal Rancangan Undang-Undang Perampasan Aset. RUU ini, memang sudah jauh-jauh hari diusulkan pemerintah, namun tampaknya masih belum menjadi prioritas prolegnas. Di tengah meningkatnya tuntutan publik seperti dalam 17+8 tuntutan rakyat, RUU ini menjadi salah satu poin tuntutannya yang harus dijawab sungguh-sungguh oleh pemerintah dan DPR. RUU Perampasan Aset dalam tuntutan tersebut diberi tenggang waktu target penyelesaaiannya dalam kurun waktu satu tahun, paling lambat 31 Agustus 2026 (Kompas.id, 3/9/2025). RUU Perampasan Aset, tentu merupakan bagian integral yang menjanjikan reformasi struktural dalam penegakan hukum yang berkeadilan. Selama ini, aset hasil kejahatan, terutama korupsi dan kejahatan ekonomi, tidak jelas rimbanya. RUU ini tampak visioner dimana menawarkan mekanisme perampasan aset tanpa pemidanaan, sebuah pendekatan yang lebih progresif dan berpihak pada kepentingan ...

MENTERTAWAKAN NEGERI INI

Oleh: Silahudin MENJUAL HARAPAN - Mentertawakan negeri ini bukan karena kita tak cinta. Justru karena cinta itu terlalu dalam, hingga luka-lukanya tak bisa lagi ditangisi. Maka tawa menjadi pelipur, menjadi peluru, menjadi peluit panjang di tengah pertandingan yang tak pernah adil. Negeri ini, seperti panggung sandiwara, di mana aktor utamanya tak pernah lulus audisi nurani. Di ruang-ruang kekuasaan, kita menyaksikan para pemimpin berdialog dengan teleprompter, bukan dengan hati. Mereka bicara tentang rakyat, tapi tak pernah menyapa rakyat. Mereka bicara tentang pembangunan, tapi tak pernah membangun kepercayaan. Maka kita tertawa, bukan karena lucu, tapi karena getir yang terlalu lama dipendam. Pendidikan, katanya, adalah jalan keluar. Tapi di negeri ini, sekolah adalah lorong panjang menuju penghapusan imajinasi. Anak-anak diajari menghafal, bukan memahami. Mereka diuji untuk patuh, bukan untuk berpikir. Guru-guru digaji dengan janji, sementara kurikulum berganti seperti musim, tanpa...

Menjadi Wakil Rakyat Tidak Hanya Terpilih, Tapi Teruji

MENJUAL HARAPAN - Pemilihan umum merupakan gerbang masuk menuju ruang representasi, tetapi bukan jaminan bahwa seseorang telah siap menjadi wakil rakyat. Terpilih adalah pengakuan elektoral, sementara teruji adalah proses etis dan reflektif yang berlangsung sepanjang masa jabatan. Dalam konteks DPRD, menjadi wakil rakyat yang teruji berarti menjalankan fungsi kelembagaan dengan integritas, keberpihakan, dan kesadaran akan dampak sosial dari setiap keputusan. Demokrasi lokal membutuhkan wakil rakyat yang tidak hanya hadir secara politik, tetapi juga secara moral. Seperti dikemukakan oleh Max Weber (1919), “Politik yang bermakna adalah politik yang dijalankan dengan tanggung jawab, bukan dengan ambisi.” Maka, keterpilihan harus diikuti dengan proses pembuktian: apakah wakil rakyat mampu menjaga etika, mendengar publik, dan berpihak pada keadilan. Fungsi DPRD mencakup legislasi, penganggaran, dan pengawasan. Ketiganya menuntut kapasitas analitis, keberanian politik, dan komitmen etis. Ter...