MENJUAL HARAPAN - Dalam lanjutan Super League 2025/2026, Dewa United menunjukkan kelasnya sebagai tim yang semakin matang secara taktik dan mental. Bermain di hadapan publik sendiri, mereka menundukkan Persik Kediri dengan skor meyakinkan 3-1.
Kemenangan ini bukan sekadar soal angka, melainkan cerminan dari konsistensi dan kedalaman skuad yang mulai menemukan ritme kolektifnya. Sejak peluit awal, Dewa United tampil agresif dengan pressing tinggi dan transisi cepat, memaksa Persik bermain di bawah tekanan.
Gol pembuka dari Alexis Messidoro pada menit ke-19 menjadi titik balik psikologis dalam pertandingan. Tendangan kerasnya dari luar kotak penalti bukan hanya indah secara teknis, tetapi juga menjadi simbol dari dominasi lini tengah Dewa United. Messidoro, yang dikenal sebagai gelandang kreatif dengan visi tajam, menjadi motor serangan yang tak terbendung. Persik tampak kesulitan mengimbangi intensitas permainan, terutama dalam duel-duel perebutan bola di area sentral.
Teisei Marukawa menambah keunggulan tuan rumah di menit ke-39 lewat skema serangan balik cepat. Pemain asal Jepang itu menunjukkan kelincahan dan kecerdasan posisi yang luar biasa, menyelesaikan umpan terobosan dengan tenang. Gol ini mempertegas superioritas Dewa United dalam hal koordinasi antar lini. Persik mencoba merespons dengan pergantian pemain di babak kedua, namun belum cukup untuk membalikkan keadaan.
Momentum sempat bergeser di menit ke-56 ketika Ezza Walian mencetak gol balasan untuk Persik. Tendangan mendatarnya dari sisi kiri memanfaatkan kelengahan bek Dewa United, dan sejenak membuat laga kembali terbuka. Namun, alih-alih panik, Dewa United justru merespons dengan kedewasaan taktik. Mereka memperlambat tempo, mengunci ruang, dan kembali mengontrol jalannya pertandingan. Ini menunjukkan kematangan strategi yang patut diapresiasi.
Puncak kemenangan Dewa United terjadi di menit ke-69 lewat penalti Alex Martins Ferreira. Striker asal Brasil itu dengan tenang mengeksekusi bola ke sudut kanan gawang, mengunci skor akhir 3-1. Penalti tersebut bukan hanya soal eksekusi, tetapi juga hasil dari tekanan konstan yang membuat lini belakang Persik melakukan pelanggaran. Alex Martins tampil sebagai figur sentral dalam serangan Dewa United, dengan pergerakan tanpa bola yang terus mengganggu pertahanan lawan.
Pertandingan ini memperlihatkan bahwa Dewa United bukan lagi tim medioker yang hanya mengandalkan momen. Mereka kini tampil sebagai kekuatan baru yang mampu menggabungkan teknik, taktik, dan mentalitas juara. Sementara Persik Kediri harus melakukan evaluasi mendalam, terutama dalam hal organisasi pertahanan dan distribusi bola.
Dari sudut pandang sport-citizenship, kemenangan Dewa United juga menjadi narasi positif tentang pembangunan klub yang berbasis komunitas dan profesionalisme. Sebuah pelajaran bahwa transformasi dalam sepak bola bukan hanya soal pemain, tetapi juga soal visi dan nilai. (S_267)
Komentar