Langsung ke konten utama

Bali United Selamat dari Kekalahan di Menit Terakhir



MENJUAL HARAPAN - Pertandingan antara Bali United dan Persik Kediri di Stadion Kapten I Wayan Dipta, Minggu (10/8/2025), menjadi panggung drama sepak bola yang sarat emosi.

Di hadapan ribuan Semeton Dewata, Bali United nyaris menelan kekalahan pahit sebelum Boris Kopitovis mencetak gol penyelamat di masa injury time. Skor akhir 1-1 bukan sekadar hasil imbang, melainkan refleksi dari ketegangan, determinasi, dan dinamika taktik yang berubah sepanjang laga.

Babak Pertama, Ketegangan Tanpa Gol

Sejak peluit awal dibunyikan, kedua tim bermain hati-hati namun intens. Bali United menguasai bola lebih banyak, namun Persik Kediri tampil disiplin dalam bertahan dan sesekali melancarkan serangan balik cepat. Peluang demi peluang tercipta, akan tetapi, penyelesaian akhir yang kurang tajam membuat babak pertama berakhir tanpa gol.

Gol Telmo Crastanheira, Kejutan di Menit ke-78

Persik Kediri akhirnya memecah kebuntuan lewat Telmo Crastanheira di menit ke-78. Gol ini lahir dari skema serangan balik yang cepat dan terukur.

Telmo, dengan ketenangan luar biasa, menaklukkan kiper Bali United lewat sepakan mendatar ke tiang jauh. Gol tersebut mengejutkan publik tuan rumah dan mengubah atmosfer stadion menjadi tegang.

Persik menunjukkan bahwa mereka bukan sekadar tim tamu, tapi penantang serius yang siap mengganggu dominasi tim besar.

Pertahanan Persik, Solid dan Terorganisir

Setelah unggul, Persik Kediri memperkuat barisan belakang dengan formasi blok rendah. Duet bek tengah mereka tampil disiplin, mematahkan setiap upaya Bali United untuk menyamakan kedudukan.

Kiper Persik juga tampil gemilang dengan beberapa penyelamatan krusial. Strategi bertahan total ini sempat membuat Bali United frustrasi, namun mereka tak menyerah dan terus menekan hingga menit-menit akhir.

Boris Kopitovis, Penyelamat di Masa Injury Time

Saat waktu hampir habis dan harapan mulai menipis, Boris Kopitovis muncul sebagai pahlawan. Lewat skema crossing dari sisi kanan, Kopitovis menyambut bola dengan sundulan keras yang menggetarkan jala gawang Persik.

Gol ini bukan hanya menyelamatkan satu poin, tapi juga menjaga moral tim dan semangat pendukung. Kopitovis menunjukkan karakter striker sejati, yaitu tenang, tajam, dan hadir di momen krusial.

Statistik dan Taktik: Bali United Dominan, Persik Efisien

Secara statistik, Bali United unggul dalam penguasaan bola (65%) dan jumlah tembakan (13), namun Persik lebih efisien dalam memanfaatkan peluang. Pelatih Bali United menerapkan formasi 4-3-3 yang agresif, sementara Persik bermain dengan pendekatan pragmatis 4-2-3-1 yang fleksibel.

Pertarungan taktik ini memperlihatkan bahwa penguasaan bola tidak selalu menjamin kemenangan, dan efisiensi menjadi kunci dalam laga kompetitif.

Refleksi dan Tantangan ke Depan

Bagi Bali United, hasil imbang ini menjadi alarm awal bahwa dominasi kandang tak cukup tanpa penyelesaian akhir yang tajam. Mereka perlu memperbaiki koordinasi lini depan dan transisi bertahan.

Sementara Persik Kediri, patut diapresiasi atas kedisiplinan dan mentalitas tanding yang solid. Bila mampu mempertahankan konsistensi ini, mereka bisa menjadi kuda hitam musim ini. Kedua tim menunjukkan bahwa BRI Super League 2025/2026 akan penuh kejutan dan persaingan sengit.

Sepak Bola Sebagai Drama Kolektif

Pertandingan ini mengingatkan kita bahwa sepak bola bukan hanya soal skor, tetapi tentang narasi kolektif yang melibatkan emosi, strategi, dan harapan.

Gol di menit akhir, ekspresi suporter, dan ketegangan di pinggir lapangan menjadi bagian dari teater olahraga yang menghidupkan liga.

Bali United vs Persik Kediri bukan hanya laga pembuka, tapi juga pengantar bahwa musim ini akan penuh cerita yang layak dikenang. (S_267)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pesan RUU Perampasan Aset, Menata Hak Publik

Oleh Silahudin SALAH  satu poin krusial tuntutan unjuk rasa sejak 25 Agustus 2025 yang lalu, adalah soal Rancangan Undang-Undang Perampasan Aset. RUU ini, memang sudah jauh-jauh hari diusulkan pemerintah, namun tampaknya masih belum menjadi prioritas prolegnas. Di tengah meningkatnya tuntutan publik seperti dalam 17+8 tuntutan rakyat, RUU ini menjadi salah satu poin tuntutannya yang harus dijawab sungguh-sungguh oleh pemerintah dan DPR. RUU Perampasan Aset dalam tuntutan tersebut diberi tenggang waktu target penyelesaaiannya dalam kurun waktu satu tahun, paling lambat 31 Agustus 2026 (Kompas.id, 3/9/2025). RUU Perampasan Aset, tentu merupakan bagian integral yang menjanjikan reformasi struktural dalam penegakan hukum yang berkeadilan. Selama ini, aset hasil kejahatan, terutama korupsi dan kejahatan ekonomi, tidak jelas rimbanya. RUU ini tampak visioner dimana menawarkan mekanisme perampasan aset tanpa pemidanaan, sebuah pendekatan yang lebih progresif dan berpihak pada kepentingan ...

MENTERTAWAKAN NEGERI INI

Oleh: Silahudin MENJUAL HARAPAN - Mentertawakan negeri ini bukan karena kita tak cinta. Justru karena cinta itu terlalu dalam, hingga luka-lukanya tak bisa lagi ditangisi. Maka tawa menjadi pelipur, menjadi peluru, menjadi peluit panjang di tengah pertandingan yang tak pernah adil. Negeri ini, seperti panggung sandiwara, di mana aktor utamanya tak pernah lulus audisi nurani. Di ruang-ruang kekuasaan, kita menyaksikan para pemimpin berdialog dengan teleprompter, bukan dengan hati. Mereka bicara tentang rakyat, tapi tak pernah menyapa rakyat. Mereka bicara tentang pembangunan, tapi tak pernah membangun kepercayaan. Maka kita tertawa, bukan karena lucu, tapi karena getir yang terlalu lama dipendam. Pendidikan, katanya, adalah jalan keluar. Tapi di negeri ini, sekolah adalah lorong panjang menuju penghapusan imajinasi. Anak-anak diajari menghafal, bukan memahami. Mereka diuji untuk patuh, bukan untuk berpikir. Guru-guru digaji dengan janji, sementara kurikulum berganti seperti musim, tanpa...

Menjadi Wakil Rakyat Tidak Hanya Terpilih, Tapi Teruji

MENJUAL HARAPAN - Pemilihan umum merupakan gerbang masuk menuju ruang representasi, tetapi bukan jaminan bahwa seseorang telah siap menjadi wakil rakyat. Terpilih adalah pengakuan elektoral, sementara teruji adalah proses etis dan reflektif yang berlangsung sepanjang masa jabatan. Dalam konteks DPRD, menjadi wakil rakyat yang teruji berarti menjalankan fungsi kelembagaan dengan integritas, keberpihakan, dan kesadaran akan dampak sosial dari setiap keputusan. Demokrasi lokal membutuhkan wakil rakyat yang tidak hanya hadir secara politik, tetapi juga secara moral. Seperti dikemukakan oleh Max Weber (1919), “Politik yang bermakna adalah politik yang dijalankan dengan tanggung jawab, bukan dengan ambisi.” Maka, keterpilihan harus diikuti dengan proses pembuktian: apakah wakil rakyat mampu menjaga etika, mendengar publik, dan berpihak pada keadilan. Fungsi DPRD mencakup legislasi, penganggaran, dan pengawasan. Ketiganya menuntut kapasitas analitis, keberanian politik, dan komitmen etis. Ter...