Agus Mulyono Herlambang dan Harapan Baru Kepemimpinan Muda PSI
A. Fandir |
Salah satu figur yang mencuat dan menarik perhatian publik, khususnya kalangan intelektual dan aktivis muda, adalah Agus Mulyono Herlambang. Sebagai akademisi, saya menilai bahwa Agus bukan sekadar kandidat alternatif, melainkan representasi dari semangat baru yang diharapkan mampu membawa PSI lebih dekat pada cita-cita ideologis dan substansi perubahan sosial-politik.
Agus Mulyono Herlambang, Calon Ketua Umum PSI (Foto istimewa) |
Dalam kacamata teori kepemimpinan transformasional, sosok pemimpin ideal bukan hanya mengelola sumber daya dan struktur, melainkan menginspirasi perubahan nilai dan perilaku kolektif. Agus Mulyono Herlambang mencerminkan karakteristik ini secara kuat. Ketika memimpin Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) pada tahun 2017–2019, organisasi kader terbesar dan terluas jangkauannya di Indonesia, saya kira Agus mampu menjembatani realitas keberagaman identitas mahasiswa dengan cita-cita keadilan sosial dan kebangsaan.
Kita tahu bahwa kepemimpinan berbasis kaderisasi inilah yang menjadi aset penting dalam politik nasional. Sebab dalam iklim politik yang masih didominasi pola oligarkis, figur yang tumbuh dari kultur organisasi yang demokratis dan partisipatif sangat langka. Agus menjadi pengecualian yang membuktikan bahwa jalur gerakan bisa menjadi batu pijakan untuk masuk dan merombak tata kelola partai politik dari dalam.
Tidak hanya itu, Agus Mulyono Herlambang memilki kemampuan dalam membangun narasi yang progresif, terutama tentang pentingnya keterlibatan anak muda dalam proses politik, toleransi antaragama, serta distribusi keadilan sosial yang selaras dengan nilai-nilai utama PSI. Sebagaimana dalam perspektif theory of communicative action bahwa kualitas ini menjadi syarat mutlak bagi pembentukan ruang publik yang sehat dan deliberatif.
Ketika sebagian partai politik masih menjadikan anak muda sekadar simbol elektoral, PSI memiliki peluang unik untuk memutus pola tersebut. Dengan sistem pemilihan langsung yang terbuka, partai ini dapat menjadi lokomotif regenerasi politik yang otentik. Dan dalam konteks inilah, Agus Mulyono Herlambang muncul sebagai figur yang tidak hanya mewakili semangat zaman, tetapi juga mampu memanifestasikan nilai-nilai kepemimpinan modern yang inklusif, egaliter, dan berbasis data.
Tidak berlebihan jika saya menguraikan hal tersebut, karena Agus Mulyono Herlambang memenuhi kriteria tersebut dan sudah teruji personality kepemimpinannya dengan pengalaman organisasi, kepemimpinan akar rumput, serta kapasitas reflektif dalam menjawab tantangan politik kontemporer dari krisis partisipasi pemuda, polarisasi sosial, hingga stagnasi etika politik.