Langsung ke konten utama

Tak Jenguk Kekuasaan



HARU BIRU Pemilihan Presiden (Pilpres) 2014 ini, sesungguhnya tidak bisa dihindari dari tidak adanya partai politik (parpol) pemenang pemilu secara mayoritas mutlak. Suara pemilih terfragmentasi, sehingga menyisihkan persoalan yang tidak bisa dihindari untuk mengusung pencapresan harus melakukan koalisi parpol.
            Oleh karena itu, menyimak hasil Pileg 9 April 2014 yang telah diketok KPU, baik parpol-parppol yang lolos parliament threshold 3,5 persen perolehan suara nasional, maupun parpol-parpol yang tidak lolos ke parlemen (PBB dan PKPI). Parpol pemenang pertama PDI Perjuangan, kedua partai Golkar, dan ketiga Partai Gerinda. Sedang posisi ke 4 – 10 masing-masing diisi oleh partai Demokrat, PKB, PAN, Partai nasdem, PKS, PPP dan Partai Hanura.
Keniscayaan kerjasama politik atau koalisi sudah tidak bisa dielakkan. Ini artinya, bahwa kepolitikan nasional di era reformasi ini (sudah) harus diterima adanya koalisi dalam sistem pemerintahan presidential dengan multi partainya.
            Memang, acapkali jadi pertanyaan, model kooalisi seperti apa yang mau dibangun? Ada kehendak koalisi ramping, dan ada juga kehendak koalisi gemuk.
            Di samping itu, sejatinya koalisi disandarkan pada kesamaan atau paling tidak kemiripan ideologi, kesamaan visi – misi dan platform. Agar mekanisme penyelenggaraan roda pemerintahan jalan dengan efektif dalam jalankan program-programnya.
            Mungkin juga koalisi yang dirajut di “belakang meja” dengan tetap “main mata” jabatan-jabatan politis. “Ah itu panggung depan dan panggung belakang politik tak selalu sama,” kata teman sambil minum kopinya.
            Untuk menggenapkan syarat pencapresan bagian dari taat asas aturan. Tapi betulkah parpol-parpol yang gabungkan dirinya siap taat dalam jalankan kebersamaannya tanpa “ganggu’ roda pemerintahan. Entahlah! Kata teman lagi, “Aksioma politik koalisi, adalah bargaining politik yang tidak bisa ditutupi,  kendati tidak tampak kepermukaan.”
            Koalisi atau apapun istilahnya di antara parpol-parpol itu dalam menggadang pencapresan, intinya sesungguhnya bagaimana pertarungan Pilpres dimenangkan. Itu sesungguhnya yang ada dalam lubuk bathin yang dalam.
            “Rakyat memang harus selalu siap “diatasnamakan” dalam tarung-tarung seperti pileg apalagi pilpres. Toh memang seperti itulah “hukum tidak tertulisnya,” seloroh teman.
            Semangat merajut Republik ini, sejatinya disandarkan pada ‘keadilan sosial’, kesenjangan yang memang domplang, entah itu aspek pembangunan territorial, pendidikan yang tidak merata, ekonomi yang juga senjang karena dominasi pertumbuhan berada pada kelompok kecil masyarakat, hukum yang masih tajam ke bahwa dan tumpul ke atas, dan interaksi sosial budaya yang eksklusif.
            Itu semua sejatinya menjadi keseriusan pemerintahan yang dipimpin oleh Presiden terpilih. Presiden terpilih bukan hanya jenguk kekuasaan dengan ambisi-ambisi yang tersembunyi. Sementara rakyat yang telah menitipkan kekuasaannya pada pemerintahan, hidup dan kehidupannya masih jauh dari sejahtera.
            Tak jenguk kekuasaan, semoga saja bukan isapan jempol, tetapi jadi realitas politik demi mengejar kepentingan bersama (bonnum commune).

Ditulis, 16 Mei 2014

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tata Cara dan Tahapan RPJPD, RPJMD, dan RKPD dalam Sistem Pemerintahan Daerah Indonesia: Kajian Normatif dan Partisipatif

Silahudin Dosen FISIP Universitas Nurtanio Bandung MENJUAL HARAPAN - PERENCANAAN pembangunan daerah merupakan instrumen strategis dalam mewujudkan kesejahteraan masyarakat melalui tata kelola pemerintahan yang demokratis, efisien, dan berkeadilan. Dalam konteks Indonesia, sistem ini diatur secara normatif melalui Undang-Undang No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah dan diperinci dalam Permendagri No. 86 Tahun 2017. Undang-undang tersebut menegaskan bahwa perencanaan pembangunan daerah terdiri atas tiga dokumen utama: Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD), Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD), dan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD). Ketiganya disusun secara berjenjang, partisipatif, dan berorientasi hasil (UU No. 23/2014, Pasal 258). RPJPD merupakan dokumen perencanaan pembangunan daerah untuk jangka waktu 20 tahun. Ia berfungsi sebagai arah strategis pembangunan daerah yang selaras dengan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN). RPJPD d...

Persita Tangerang Gulingkan Trend Positif PSIM Yogyakarta

  MENJUAL HARAPAN - Pekan kedelapan BRI Super League 2025/2026, menjadi momen keberuntungan Persita Tangerang saat menjamu tim PSIM Yogyakarta yang berlangsung di Stadion Indomilk Arena, Tangerang, Jumat (17/10/2025). Pendekar Cisadane menggulingkan trend positif PSIM Yogyakarta dengan kemenangan 4-0. Eber Bessa menggolkan gol pembuka atas operan pemain setimnya Rayco Rodriguez   pada menit ke 23. K edudukan 1-0 ini tidak alami perubahan lagi hingga pertandingan turun minum. U sai istirahat, kedua kesebelasan kembali ke lapangan, tuan rumah Persita Tangerang yang sementara sudah unggul 1-0 atas PSIM Yogayarkta, tampak aksi-aksi serangannya terus menekan pertahanan tim lawan. S erangan demi serangan para pemain Pendekar Cisadane ini akhirnya kembali membobol gawang kiper PSIM pada meint ke-70 yang dicetak oleh Rayco Rodriguez . S udah unggul 2 gol, Persita Tangerang makin agresif melakukan serangan demi serangannya, kendati para pemain PSIM berusaha menghadangnya, namun hadanga...

Potret 1 Tahun Pemerintahan Prabowo-Gibran: Antara Harapan dan Keraguan Publik

Sumber: setneg.go.id Oleh Silahudin Dosen FISIP Universitas Nurtanio Bandung MENJUAL HARAPAN - Satu tahun pemerintahan Prabowo-Gibran telah menjadi panggung dinamis bagi eksperimen kebijakan, diplomasi global, dan pertarungan persepsi publik. Laporan INDEF bertajuk “Rapor Netizen” mengungkapkan lanskap digital yang penuh sorotan, kritik, dan harapan. Dari reshuffle kabinet hingga program makan bergizi gratis, netizen menjadi aktor penting dalam menilai efektivitas dan etika pemerintahan. Presiden Prabowo menunjukkan orientasi geopolitik yang berbeda dari pendahulunya. Hampir 70% kunjungannya adalah lawatan ke luar negeri, berbanding terbalik dengan Jokowi yang 75% kunjungannya fokus ke dalam negeri. Prabowo tampak ingin menegaskan posisi Indonesia sebagai pemain strategis di tiga benua: Asia, Eropa, dan Amerika. Namun, di dalam negeri, dinamika politik tak kalah intens. Tiga kali reshuffle kabinet dalam satu tahun, melibatkan 10 pejabat setingkat menteri, menjadikan Prabowo sebagai pr...